More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Sunda Kelapa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sunda Kelapa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sunda Kelapa

  • العربية
  • Betawi
  • Deutsch
  • English
  • Esperanto
  • മലയാളം
  • Bahasa Melayu
  • Nederlands
  • Sunda
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Koordinat: 6°07′39″S 106°48′33″E / 6.127439°S 106.809034°E / -6.127439; 106.809034
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sunda Kalapa)
Pelabuhan Sunda Kelapa
Barisan Pinisi di Sunda Kelapa
Peta
Lokasi
NegaraIndonesia
LokasiJakarta Utara, Indonesia
Koordinat6°07′39″S 106°48′33″E / 6.127439°S 106.809034°E / -6.127439; 106.809034
Detail
OperatorPelabuhan Indonesia
JenisPelabuhan alami
Luas lahan50.8 Ha
Statistik
Kedatangan kapalPer jam
Situs web
www.indonesiaport.co.id/read/sunda-kelapa.html

Sunda Kelapa (bahasa Sunda: ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮊᮜᮕ, translit. Sunda Kalapa) adalah pelabuhan tua di Jakarta yang terletak di muara Sungai Ciliwung. "Sunda Kalapa" (bashasa Sunda: ‘Kelapa Sunda’) adalah nama aslinya, dan merupakan pelabuhan utama Kerajaan Sunda. Pelabuhan ini terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Indonesia. Saat ini pelabuhan tua tersebut hanya menampung pinisi, kapal layar kayu tradisional bertiang dua yang menyediakan layanan angkutan barang antarpulau di kepulauan tersebut. Meskipun sekarang hanya menjadi pelabuhan besar, Jakarta berawal dari Sunda Kelapa dan memainkan peran penting dalam pembangunan kota. Pelabuhan tersebut saat ini dioperasikan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero).

Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Pelabuhan Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini dalam bentuk "Sunda Kelapa".

Masa Hindu-Buddha

[sunting | sunting sumber]

Menurut penulis Portugis Tomé Pires, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran.[1] Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti kota) dalam tempo dua hari.[2]

Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik Kerajaan Sunda, yang memiliki ibu kota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Masa Islam dan awal kolonialisme Barat

[sunting | sunting sumber]

Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bisa merebut kota pelabuhan Malaka, di Semenanjung Malaka. Malaka dijadikan basis untuk penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Tome Pires, salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.

Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa buah pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki kapasitas muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan lanchara, yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang lebih 150 ton.[3]

Lalu pada tahun 1522 Gubernur Alfonso d'Albuquerque yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari Jawa dan diantaranya merupakan keturunan Arab.

Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau padraõ dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrao dimaksud disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya Sunda Mundinglaya Dikusumah. Padraõ itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.

Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Lantas Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut kota ini. Maka pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat itu nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" dari bahasa Sanskerta, jayakṛta (Dewanagari जयकृत).[4]

Masa kolonialisme Belanda

[sunting | sunting sumber]

Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka memerlukan basis pula. Maka dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. J.P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini adalah nama sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada zaman Romawi.

Menurut catatan sejarah, pelabuhan Sunda Kelapa pada masa awal ini dibangun dengan kanal sepanjang 810 meter. Pada tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter. Setelah zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan ini memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu layar dengan sistem susun sirih.

Abad ke-19

[sunting | sunting sumber]

Sekitar tahun 1859, Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat itu sebenarnya sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya Terusan Suez pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia juga bersaing dengan Singapura yang dibangun Raffles sekitar tahun 1819.

Maka dibangunlah pelabuhan samudra Tanjung Priok, yang jaraknya sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya. Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta api pertama (1873) antara Batavia - Buitenzorg (Bogor). Empat tahun sebelumnya (1869) muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya.

Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar Menara Syahbandar yang ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling Batavia bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.

Abad ke-20

[sunting | sunting sumber]

Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan. Pelabuhan ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di situ terdapat pasar ikan yang besar.

Sunda Kelapa masa kini

[sunting | sunting sumber]
Menara pengawas Sunda Kelapa

Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.

Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter persegi, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter persegi.

Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuan pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya. Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.

Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.

Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektare.

Galeri

[sunting | sunting sumber]
  • Dua kapal sedang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa Pada 22 Februari 2020.
    Dua kapal sedang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa Pada 22 Februari 2020.
  • Sunda Kelapa masa kini
    Sunda Kelapa masa kini
  • Gudang-gudang tua di dekat pelabuhan Sunda Kelapa, yang sekarang dikenal sebagai menjadi Museum Bahari.
    Gudang-gudang tua di dekat pelabuhan Sunda Kelapa, yang sekarang dikenal sebagai menjadi Museum Bahari.
  • Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, sebuah tugu batu untuk memperingati perjanjian antara Kerajaan Portugal dan Sunda yang saat ini berada di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
    Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, sebuah tugu batu untuk memperingati perjanjian antara Kerajaan Portugal dan Sunda yang saat ini berada di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Supratikno Rahardjo et al (1996:21)
  2. ^ (ibidem 1996:23)
  3. ^ Supratikno Rahardjo (1996:26).
  4. ^ Sesuai Gonda (1951:348) yang mengutip Hoessein Djajadiningrat.

Rujukan

[sunting | sunting sumber]
  • (Inggris) Jan Gonda, 1951, Sanskrit in Indonesia.
  • (Indonesia) Adolf Heuken SJ dan Grace Pamungkas, 2000, Galangan Kapal Batavia selama tiga ratus tahun. Jakarta:Cipta Loka Caraka/Sunda Kelapa Lestari
  • (Indonesia) Supratikno Rahardjo et al., 1996, Sunda Kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra. Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
  • (Indonesia) Thomas B. Ataladjar dan Sudiyono, 1991, 'Sunda Kelapa' di Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: Cipta Adi Pustaka

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Sunda Kelapa.
  • (Indonesia) Portal Berita dan Informasi Jakarta Utara
  • (Indonesia) Menyusuri Kota Tua Jakarta, Pikiran Rakyat Diarsipkan 2005-05-08 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Pelabuhan Sunda Kelapa yang Terabaikan
  • l
  • b
  • s
Pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo
Regional I
  • Pelabuhan Krueng Geukueh
  • Pelabuhan Malahayati
  • Pelabuhan Belawan
  • Pelabuhan Dumai
  • Pelabuhan Sri Bayintan
  • Pelabuhan Sri Bintan Pura
  • Pelabuhan Pekanbaru
  • Pelabuhan Tanjung Balai Karimun
  • Pelabuhan Kuala Tanjung
  • Pelabuhan Sibolga
  • Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
  • Pelabuhan Tembilahan
  • Pelabuhan Angin
Regional II
  • Pelabuhan Tanjung Priok
  • Pelabuhan Boom Baru
  • Pelabuhan Panjang
  • Pelabuhan Dwikora
  • Pelabuhan Teluk Bayur
  • Pelabuhan Ciwandan
  • Pelabuhan Pulau Baai
  • Pelabuhan Cirebon
  • Pelabuhan Talang Duku
  • Pelabuhan Pangkal Balam
  • Pelabuhan Sunda Kelapa
  • Pelabuhan Tanjung Pandan
Regional III
  • Pelabuhan Tenau
  • Pelabuhan Kotabaru
  • Pelabuhan Tanjung Perak
  • Pelabuhan Labuan Bajo
  • Pelabuhan Tanjung Intan
  • Pelabuhan Tegal
  • Pelabuhan Tanjung Emas
  • Pelabuhan Gresik
  • Pelabuhan Tanjung Tembaga
  • Pelabuhan Kalianget
  • Pelabuhan Tanjung Wangi
  • Pelabuhan Celukan Bawang
  • Pelabuhan Benoa
  • Pelabuhan Lembar
  • Pelabuhan Badas
  • Pelabuhan Bima
  • Pelabuhan Waingapu
  • Pelabuhan Bung Karno
  • Pelabuhan Laurentius Say
  • Pelabuhan Kalabahi
  • Pelabuhan Batulicin
  • Pelabuhan Trisakti
  • Pelabuhan Pulang Pisau
  • Pelabuhan Sampit
  • Pelabuhan Panglima Utar
Regional IV
  • Pelabuhan Kendari
  • Pelabuhan Soekarno–Hatta
  • Pelabuhan Bitung
  • Pelabuhan Semayang
  • Pelabuhan Samarinda
  • Pelabuhan Lok Tuan
  • Pelabuhan Tanjung Redeb
  • Pelabuhan Tarakan
  • Pelabuhan Tunon Taka
  • Pelabuhan Parepare
  • Pelabuhan Pantoloan
  • Pelabuhan Tolitoli
  • Pelabuhan Gorontalo
  • Pelabuhan Manado
  • Pelabuhan Ahmad Yani
  • Pelabuhan Yos Soedarso
  • Pelabuhan Sorong
  • Pelabuhan Fakfak
  • Pelabuhan Manokwari
  • Pelabuhan Biak
  • Pelabuhan Jayapura
  • Pelabuhan Merauke
  • l
  • b
  • s
Topik mengenai Batavia
Daerah
Duizendeilanden
  • Noord Wachter
  • Hoorn Eiland
  • Kokosnoot Eiland
  • Kuyper Eiland
  • Purmerend Eiland
  • Onrust Eiland
  • Edam Eiland
  • Kherkof Eiland
  • Rotterdam Eiland
  • Schiedam Eiland
  • Amsterdam Eiland
  • Middbur Eiland
Benedenstad
  • Oud Batavia
  • Anké
  • Pekodjan
  • Pendjaringan
  • Zoutelande/Antjol
  • Tandjong Priok
  • Tjilintjing
  • Maroenda
  • Glodokplein
  • Molenvliet
  • Harmonieplein
Bovenstad
  • Weltevreden
  • Senen
  • Kemajoran
  • Kramatplein
  • Salemba
  • Menteng
  • Koningsplein
  • Waterlooplein
  • Tanah Abang
  • Meester Cornelis
  • Kampong Melajoe
Ommelanden
  • Pantjoran
  • Tjililitan
  • Tsji Ondet
  • Paal Merah
  • Tjenkarang
  • Kebajoran
  • Tjigandjoer
  • Ragoenan
  • Tjipoetat
  • Tjiledoek
  • Tangerang
  • Depok
  • Tjimanggis
  • Bekasi
  • Djaboeng
  • Komzeen
  • West Tandjoeng
  • Oost Tandjoeng
  • Tjitrap
  • Tjiseeng
  • Paroeng
  • Tjibinong
  • Buitenzorg
  • Tjileungsi
  • Soekaboemi
  • Tjiandjoer
Lambang Kota Batavia
Lambang Kota Batavia
Jalan

Molenvliet Oost · Molenvliet West · De Groote Postweg · Rijswijk · Noordwijk · Princen Laan · Sluisburg Straat · Nieuwpoort Straat · Parapattan Straat · Nassau Boulevard · Van Heutsz Boulevard · Orange Boulevard · Oude Tamarinde Laan · Jacatraweg · Koningsplein Straat · Landhuisweg · JP Coenweg · Mampangweg · Nieuwe Vliegveldlaan · Senenweg · Rijswrjkstraat · Kemajoranweg · Matramanweg · Drukkerijweg · Bacharachtsgracht · Passerstraat

Taman

Stadhuisplein · Wilhelminapark · Voetbalbond Indische Omstreken Sport · Burgemeester Bischoplein · Planten En Dierentuin

Tim Sepak Bola

Voetbalbond Batavia en Omstreken · VIJ Jacatra

Bangunan
Pelabuhan
  • Batavia
  • Tandjoengpriok
Stasiun Kereta Api
  • Tandjoengpriok
  • Batavia Noord
  • Batavia Zuid
  • Kleine Boom
  • Hemradenplein
  • Batavia-Benedenstad
  • Pasar Pagi
  • Amsterdamse Port
  • Kampoengbandan
  • Antjol
  • Doeri
  • Goenoengsarie
  • Pisangbatoe
  • Kemajoran
  • Passar Senen
  • Salemba
  • Kramat
  • Sawah Besaar
  • Noordwijk
  • Batavia-Koningsplein
  • Gondangdia
  • Dierentuin
  • Tjikini
  • Pegangsaän
  • Tanah-Abang
  • Karet
  • Mampang
  • Manggarai
  • Meester Cornelis NIS
  • Kebonpala
  • Gang Solitude
  • Meester Cornelis SS
  • Pasarminggoe
  • Tjililitan
  • Paal-Merah
  • Kebajoran
Halte Trem
  • Pasar Ikan
  • Amsterdamse Port
  • Batavia
  • Asemka
  • Djembatan Lima
  • Glodok
  • Tangki
  • Prinsenlaan
  • Pisangbatoe
  • Kali Groot
  • Goenoeng Sahari
  • Sawah Besaar
  • Pintoe Besi
  • Harmonie
  • Koningsplein Noordwest
  • Rijswijk
  • Noordwijk
  • Schouwburg
  • Departement van Marine
  • Kebondjahe
  • Fromberg Park
  • Waterlooplein
  • Koningsplein
  • Stoviaweg
  • Pasar Senen
Bandara
  • Tjililitan
  • Kemajoran
Tempat Pemerintahan
  • Gebouw van de Raad van Justitie te Batavia
  • De Hooggerechsgebouw
  • Stadhuis van Batavia
  • Stad Gemeentehuis Batavia
  • Paleis te Rijswijk
  • Paleis te Koningsplein
  • Gebouw van de Raad van Indië te Batavia
  • Gebouw Volksraad
Rumah Besar
  • Landhuis Tjilintjing
  • Raden Saleh Huis
  • Baron van Inhof Huis
  • Landhuis van Reinier de Klerk
  • Landhuis Djipang
  • Landhuis Tjililitan
  • Landhuis Paal Merah
  • Landhuis van de Majoor-Chinees Khouw
  • Landhuis Tjenkarang
  • Landhuis Weltevreden
  • Het Groote Huis
  • Landhuis Pondok Ge deh
  • Tandjoeng-Oost Huis
Penjara
  • Glodok
  • Tjipinang
  • Gang Tengah
  • Boekit Doeri
Kastel/Benteng/Bastion
  • De Amsterdamse Poort
  • Oude Utrechtse Poort
  • Kasteel Batavia
  • Westzijdsche Pakhuizen
  • Oostzijdsche Pakhuizen
  • Waterkasteel
  • Bastion Amsterdam
  • Bastion Buren
  • Bastion Cuylenburg
  • Bastion Groningen
  • Bastion Grimbergen
  • Bastion Diest
  • Bastion Oranje
  • Bastion Enkhuizen
  • Bastion Overrijsel
  • Bastion Friesland
  • Bastion Gelderland
  • Bastion Hollandia
  • Bastion Vierkant
  • Bastion Zeeburg
  • Bastion Zeeland
  • Bastion Middelburg
  • Bastion Utrecht
  • Bastion Nassau
  • Bastion Rotterdam
  • Fort Anké
  • Fort Noordwijk
  • Fort Rijswijk
  • Fort Ancol
  • Fort Zouteland
  • Fort Jacatra
  • Fort Jacarta Buiten Batavia
  • Fort Meester Cornelis
  • Fort Prins Frederik Hendrik
  • Defensielijn Van Den Bosch
  • Defensielijn Van Den Bosch
  • Defensielijn Van Den Bosch
  • Fort Vijfhoek
Tempat Ibadah
  • Haantjes Kerk
  • De Portugeesche Binnenkerk
  • De Portugeesche Buitenkerk
  • Armeensche Kerk
  • De Portugeesche Kerk
  • Nassaukerk
  • De Hollandsche Kerk
  • Christelijke Kerk
  • De Bethelkerk
  • Engelsekerk
  • De Kathedraal
  • De St. Theresiakerk
  • De Willemskerk
  • Mesigit Loearbatang
  • Langgar Tinggi
  • Mesigit Pekojan
  • Mesigit Kampongsawah
  • Mesigit Manggadoea
  • Mesigit Kampongdalem
  • Mesigit Kampongbaroe
  • Mesigit Karet
  • Mesigit Angké
  • Mesigit Tjikini
  • Mesigit Tanahabang
  • Jin De Yuan Tempel
  • Antjol Tempel
Tempat Hiburan
  • Societiet Harmonie
  • Schouwburg
  • Bioscoop Metropool
  • Bioscoop Menteng
  • Bioscoop Manggarai
  • Bioscoop Rex Batavia
  • Bataviasche Kunstkring
Rumah Sakit
  • Groot Militair Hospitaal Weltevreden
  • Vereniging voor Ziekenverpleging Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini
  • Centrale Burgelijke Ziekeninrichting
  • Koninklijke Paketvaart Maatschappij Ziekeninrichting
Kantor Pos
dan Kantor Telegraf
  • Stadhuisplein
  • Tjikini
  • Weltevreden
  • Meester Cornelis
Kantor Telepon
  • Menteng
  • Koningsplein
Hotel
  • Hotel Schompler
  • Hotel des Indes
  • Grand Hôtel Java
  • Hotel der Nederlanden
  • Hotel Cavadino
  • Hotel des Galeries
Museum
  • Museum Van Het Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En Wetenschappen Batavia
  • Oude Bataviasche Museum
Lapangan Bola
  • Viosveld
  • Vijveld
Pasar
  • Vismarkt
  • Passer Baroe
  • Pasar Gambir
  • Meester Passer
  • Pasar Senen
  • Pasar Tanah Abang
Mercusuar
  • Vuurtoren Batavia
  • De Uitkijk
Lain-Lain
  • Tugu Jam Batavia
  • Engelse Brug
  • Oger Freres
  • Standbeeld van Jan Pieterzoon Coen
  • Mohr observatory
  • Indonesische Clubhuis
  • Manggarai Sluis
  • Michiel Monument
  • Loge nummer 14
  • De Scheepswerf
Perusahaan Layanan
Masyarakat

Koninklijke Paketvaart Maatschappij · De Nederlandsche Handel-Maatschappij · Landarchief · Bataafsche Petroleum Maatschappij · Landsdrukkerij · Eijkman Instituut · N.V. de Bouwploeg · Batavia Oosterspoorweg Maatschappij · Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij · Staatsspoorwegen · Bataviasche Verkeers Maatschappij

Bank

De Javasche Bank · Postspaarbank · De Chartered Bank

Sarana Pendidikan

St. Aloysius Broederschool · School tot Opleiding van Indische Artsen · Geneeskundige Hoogeschool te Batavia · Rechtshoogeschool te Batavia · Ursulinen Klooster · Eerste School D · Meer Uitgebreid Lager Onderwijs · Prins Hendrick School · Algemene Middlebare School · Carpentier Alting Stichting Nassau School · Koning Willem III School te Batavia

Taman
Pemakaman Umum

Europese Kerkhof · Kerkhof Petamboeran · Ereveld Menteng Poelo · Ereveld Antjol

Transportasi
  • Tram
  • Dos-à-dos
  • Betjak
  • Oplet
  • Taxi
  • Eendaagsche Express

Daftar bangunan dan struktur kolonial di Jakarta
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunda_Kelapa&oldid=26833234"
Kategori:
  • Sejarah Jakarta
  • Pelabuhan di Indonesia
  • Kerajaan Sunda
Kategori tersembunyi:
  • Pages using gadget WikiMiniAtlas
  • Mapframe Infobox tanpa hubungan OSM di Wikidata
  • Koordinat di Wikidata
  • Artikel mengandung aksara Sunda
  • Pranala kategori Commons ada di Wikidata
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Halaman yang menggunakan ekstensi Kartographer

Best Rank
More Recommended Articles