More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Bahasa Badui - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Badui - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bahasa Badui

  • Basa Bali
  • English
  • Suomi
  • Hrvatski
  • Ilokano
  • Jawa
  • Kumoring
  • Bahasa Melayu
  • Polski
  • Piemontèis
  • Kiswahili
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Badui
BPS: 0094 3
Basa Baduy
Basa Sunda Kanékés
Bahasa Sunda Kanekes
Sempalan cerita Oa Jeung Aul, salah satu dongeng berbahasa Badui.
Sempalan cerita Oa Jeung Aul, salah satu dongeng berbahasa Badui.[1]
Pengucapanba.sa ba.dʊj
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Banten
EtnisBadui
Penutur
11.620 (2015)[2]
Rumpun bahasa
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
        Cari tahu mengapa. Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
        • Sunda-Badui
          • Bahasa Badui 
Tampilkan klasifikasi manual
  • bahasa manusia
    • Sundanik
      • Sunda-Badui Edit nilai pada Wikidata
        • Bahasa Badui
Tampilkan klasifikasi otomatis
Bentuk awal
  • Bahasa Sunda Kuno
    • Bahasa Badui
Sistem penulisan
Aslinya merupakan bahasa lisan.[3] Tidak ada sistem tulisan yang resmi digunakan untuk bahasa Badui, tetapi untuk keperluan analisis linguistik, alfabet bahasa Sunda digunakan.
Kode bahasa
ISO 639-3bac
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
bac
Glottologbadu1237
Linguasfer31-MFN-b
IETFbac
BPS (2010)0094 3
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Punah

EXSingkatan dari Extinct (Punah)
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Bahasa Badui diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL Ethnologue: C6a Vigorous
Bahasa Badui dikategorikan sebagai C6a Vigorous menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini masih dituturkan dan digunakan oleh sebagian wilayah
Buka versi koordinat status pemertahanan rinci Perlu masuk
[sunting di Wikidata]
Referensi: [4][5][6]

Informasi penggunaan templat turunan
Sampel
Informasi berkas Video yang lain 
Seorang yang berbicara menggunakan bahasa Badui, direkam di Cibeo.
Lokasi penuturan
alt=   Wilayah utama penutur bahasa Badui   Wilayah bukan utama penutur bahasa Badui
  Wilayah utama penutur bahasa Badui
  Wilayah bukan utama penutur bahasa Badui
ProyekWiki Bahasa | Wikipedia | Kode sumber
 
Lihat dalam mode terbatas
PetaTampilkan peta yang diperbesar
PetaTampilkan peta yang diperkecil
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Peta bahasa lain
Koordinat: 6°39′36″S 106°13′48″E / 6.66000°S 106.23000°E / -6.66000; 106.23000 Sunting ini di Wikidata
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Cari artikel bahasa
Cari artikel bahasa
 
Cari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)
 
Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Artikel bahasa sembarang
Halaman bahasa acak

Bahasa Badui[7] atau bahasa Sunda dialek Badui[8][9] adalah nama yang diberikan bagi sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang umumnya dituturkan oleh suku Badui di sebagian wilayah Banten, Indonesia. Penuturnya tersebar di wilayah sekitar Gunung Kendeng, Kabupaten Lebak. Bahasa Badui memiliki sekitar 11.620 penutur jati pada tahun 2015.[2]

Sama seperti bahasa Sunda baku, bahasa Badui berdasarkan tipologi linguistiknya adalah bahasa yang urutan unsur struktur kalimatnya berjenis subjek-predikat-objek. Sebagai bahasa aglutinatif, bahasa Badui memiliki beragam afiks yang masih produktif. Verba dapat dibedakan menjadi bentuk transitif dan intransitif, serta bentuk aktif dan pasif.

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]
Posisi bahasa Badui dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa berdasarkan pengklasifikasian pada situs web klasifikasi bahasa Glottolog 4.1 yang dirilis tahun 2019

Dari segi linguistik, bahasa Badui masih termasuk ke dalam bahasa Sunda,[10] sehingga terkadang dianggap sebagai sebuah dialek atau dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Sunda-Badui,[11] yang posisinya masih diperdebatkan antara Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya yang keduanya berada pada cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.[b][Verifikasi gagal]

Beberapa sumber rujukan menggolongkan bahasa Badui sebagai bagian dari bahasa Sunda dialek Banten.[13] Akan tetapi, tidak seperti beberapa dialek Sunda lainnya di wilayah Banten yang sudah banyak tercampur dengan unsur bahasa non-Sunda, bahasa Badui hanya mendapatkan sedikit pengaruh dari bahasa lainnya dan masih mempertahankan beberapa unsur-unsur kebahasaan dari bahasa Sunda kuno sebagai pendahulunya,[14] hal ini kontras bila dibandingkan dengan beberapa dialek Sunda lainnya yang dianggap lebih modern.[15]

Status saat ini

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Badui termasuk salah satu bahasa daerah di Indonesia dan cukup dilestarikan keberadaannya oleh pemerintah setempat, meskipun penelitian linguistik mengenai bahasa ini masih tergolong sedikit. Penggunaan bahasa Badui dianggap sebagai penanda identitas kesukuan yang paling penting bagi masyarakat Badui. Meskipun masyarakat Badui sendiri merupakan masyarakat yang terisolasi, nyatanya sebagian dari mereka mempunyai kemampuan bilingual, yang artinya mereka juga dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya, terutama ketika sedang bertutur kata dengan masyarakat lain dari luar Badui yang datang ke wilayah mereka.

Ethnologue menggolongkan bahasa Badui sebagai bahasa dengan tingkat 6a yang berkategori vigorous (kuat) dalam skala EGIDS,[c] dan perkembangannya menunjukkan sikap yang positif.[16]

Fonologi

[sunting | sunting sumber]

Tidak terdapat perbedaan antara bahasa Badui dan bahasa Sunda baku beserta beberapa dialek lainnya dalam hal fonologi.[17] Fonem dalam kedua bahasa tersebut menunjukkan jumlah yang sama, yakni sebanyak 25 fonem dengan 7 di antaranya berupa fonem vokal, sedangkan 18 fonem lainnya merupakan konsonan. Akan tetapi, untuk fonem-fonem /ə/, /o/, /ɨ/, dan /i/ dalam bahasa Badui ada variasi pemakaian, seperti pada kata tolu, teulu dan tilu 'tiga', euweuh dan oweuh 'tidak ada', serta enya dan onya 'iya'.[17]

Vokal

[sunting | sunting sumber]

Fonem vokal yang terdapat dalam bahasa Badui yaitu /ɛ/ ⟨é⟩, /a/, /ɨ/ ⟨eu⟩, /ə/ ⟨e⟩, /i/, /ɔ/ ⟨o⟩ dan /u/.

Vokal
Depan Madya Belakang
Tertutup i ɨ u
Tengah ɛ ə ɔ
Terbuka a

Konsonan

[sunting | sunting sumber]

18 fonem konsonan dalam bahasa Badui dapat dijabarkan dalam tabel berikut.

Konsonan
Dwi-bibir Gigi Langit-langit
keras
Langit-langit
lunak
Celah suara
Sengau m n ɲ ŋ
Letup/Gesek p b t d tʃ dʒ k ɡ ʔ
Desis/Geser s h
Kepak/Hampiran r l
Semivokal w j

Intonasi

[sunting | sunting sumber]

Dalam hal aksen atau tekanan kata dan intonasi, bahasa Badui menunjukkan ciri khas yang sangat menonjol. Kata-kata dengan dua suku kata pada umumnya mendapatkan stress naik pada suku kata pertama, kemudian menurun pada suku kata kedua, seperti héjo menjadi héj'jo (hijau), dukun menjadi duk'kun (dukun), iheung menjadi ih'heung (tidak tahu) dan lain-lain.[18]

Intonasi dalam kalimat memang merupakan ciri tersendiri yang terdapat dalam bahasa Badui. Adakalanya dalam kalimat berakhir dengan nada turunnya suara, atau dengan nada datar. Demikian pula, kalimat interogatif tidak selalu diakhiri dengan naiknya suara, tetapi adakalanya berakhir dengan turunnya suara.[19]

Karakteristik

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Badui (terutama Badui Dalam) pada umumnya merupakan masyarakat yang terisolasi dari dunia luar sehingga bahasa yang mereka gunakan tidak banyak terpengaruh oleh bahasa yang ada di luar wilayah mereka seperti bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda dialek lainnya. Pada umumnya, pengaruh bahasa dari luar seperti ini hanya terdapat pada masyarakat Badui Panamping atau Badui Luar.[8]

Leksikon

[sunting | sunting sumber]

Kekhasan

[sunting | sunting sumber]

Dalam tataran leksikon, misalnya kosakata, terdapat beberapa kosakata khas bahasa Badui yang tidak ditemukan atau tidak lazim digunakan dalam beberapa dialek bahasa Sunda lainnya, terutama bahasa Sunda Priangan (baku). Perbandingan beberapa perbedaan leksikon Badui dengan bahasa Sunda baku dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Leksikon khas lainnya dapat dilihat di sini.

Bahasa Badui Pengucapan (dalam IPA) Bahasa Sunda baku Pengucapan (dalam IPA) Pengertian Ref.
ambu kolot [ambu kolɔt] nini [nini] nenek [20][21]
acéng [at͡ʃɛŋ] ujang [ud͡ʒaŋ] sapaan kepada anak laki-laki [22]
babarahmu [babarahmu] susuguh [susugʊh] hidangan, jamuan [23]
bangu [baŋu] awi [awi] bambu
conggah [t͡ʃɔŋgah] sanggup [saŋgʊp] sanggup [23]
gungguman [gʊŋguman] lingkungan [lɪŋkuŋan] lingkungan, wilayah [24]
hawon, dihawon [hawɔn], [dihawɔn] lawan, dilawan [lawan], [dilawan] lawan, dilawan [23]
heulan [hɤlan] heula [hɤla] terlebih dahulu, di depan
iget, kaiget [igət], [kaigət] teureuy, kateureuy [tɤrɤj], [katɤrɤj] telan, tertelan [25]
ja [d͡ʒa] da [da] fatis untuk menyatakan sebab
kolényér [kolɛɲer] konéng [konɛŋ] warna kuning [26]
lojor [lod͡ʒɔr] panjang [pand͡ʒaŋ] panjang [27]
megat elos [məgat əlɔs] ngahalangan jalan [ŋahalaŋan d͡ʒalan] menghalangi jalan [24]
ngawadang [ŋawadaŋ] dahar beurang [dahar bɤraŋ] makan siang [28]
oweuh [owɤh] euweuh [ɤwɤh] tiada [17]
paul [pawʊl] biru [biru] biru [26]
rayoh [rajɔh] kawali [kawali] kuali [29]
tundun [tʊndʊn] rambutan [rambʊtan] Nephelium lappaceum [30]
ucut [ucʊt] ragrag [ragrag] jatuh [31]

Perubahan leksikal

[sunting | sunting sumber]

Perubahan leksikal yang ditemukan antara bahasa Badui dengan bahasa Sunda baku dapat dianalisis dan dikelompokkan menjadi beberapa jenis proses, beberapa di antaranya berupa kosakata yang dapat ditemukan di antara kedua bahasa seperti contohnya beurat [bɤrat] 'berat' dengan variasinya yang berlainan seperti abot [abot] dalam bahasa Sunda baku dan badot [badot] 'berat' dalam bahasa Badui.[32] Jenis perubahan leksikal yang kedua berupa kosakata yang dapat ditemukan di antara kedua bahasa tetapi variasinya hanya ditemukan dalam bahasa Badui, seperti contohnya beulah [bɤlah] 'belah' dan bareuh [barɤh] 'bengkak' dengan variasi khas bahasa Badui bencar [bəncar] 'belah' dan kembung [kəmbʊŋ] 'bengkak' yang tidak ditemukan dalam bahasa Sunda baku.[32] Jenis perubahan leksikal selanjutnya dapat berupa kosakata yang tidak saling berhubungan di antara bahasa Badui dengan bahasa Sunda baku, seperti contohnya nyaring [ɲarɪŋ] 'berbaring' dalam bahasa Badui dengan ngagolér [ŋagolεr] 'berbaring' dalam bahasa Sunda baku.[33] Tipe perubahan leksikal yang lainnya berupa kosakata yang pelafalannya berbeda antara bahasa Badui dengan bahasa Sunda baku dengan variasi yang hanya ditemukan dalam bahasa Badui, seperti contohnya enteu [əntɤ] 'tidak' dalam bahasa Badui dengan henteu [həntɤ] 'tidak' dalam bahasa Sunda baku dengan variasi khas Badui moan [mowan] 'tidak'.[34]

Laras bahasa

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Badui sering dianggap sebagai bahasa yang egaliter karena tidak mengenal tatakrama basa Sunda (sistem tingkatan berbahasa yang didasarkan kepada status sosial antara pembicara dengan lawan bicara),[35] serta menunjukkan ciri-ciri sebagai bahasa yang demokratis,[8] hal ini tentu saja berbeda bila dibandingkan dengan beberapa dialek bahasa Sunda lainnya yang memiliki sistem yang cukup kompleks tersebut. Namun, pada kenyataannya, masyarakat Badui yang dikenal memiliki kelas sosial dalam sistem pemerintahannya, implikasinya terhadap bahasa merupakan suatu hal yang tak dapat terelakkan, selain itu, karena faktor kedekatan wilayah dan seringnya interaksi antara suku Badui dengan masyarakat Sunda umum dan masyarakat lainnya, mengakibatkan dalam hal linguistik terjadi interferensi bahasa yang merasuk ke dalam tubuh bahasa Badui, yang pada akhirnya memunculkan gejala penjenjangan bahasa.[36] Sebuah penelitian mengungkapkan, interferensi bahasa dalam hal leksikon muncul dari bahasa Indonesia dan konsep tingkatan berbahasa muncul dari bahasa Sunda baku. Interferensi ini tidak dipahami sebagai kesalahan berbahasa, melainkan bagaimana cara sebuah diksi diperlakukan.[37] Contoh interferensi bahasa dapat ditemui pada masyarakat Badui Dalam yang tidak menggunakan kata cangkéng untuk menyatakan pinggang melainkan menggunakan pinggang (sama seperti bahasa Indonesia) sebagai kata yang sopan untuk orang tua atau orang yang lebih tua atau dihormati. Contoh lainnya, kata pundak 'bahu' sudah sangat akrab di kalangan orang Badui daripada taktak yang digunakan masyarakat Sunda umum.[36]

Dalam perkembangannya, beberapa kosakata yang memiliki variasi, penggunaannya dibedakan berdasarkan kepada siapa kosakata tersebut diucapkan. Contohnya kata nginum 'minum' tidak dapat digunakan terhadap seseorang yang sangat dihormati, seperti orang tua, jaro, apalagi puun. Untuk orang yang dihormati, digunakan kata papairan.[38]

Sintaksis

[sunting | sunting sumber]

Dalam tingkatan sintaksis atau tata kalimat, secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bahasa Badui dengan bahasa Sunda baku, hanya saja untuk beberapa partikel terdapat suatu kekhasan tersendiri yang dipakai dalam bahasa Badui. Partikel ari dan baé cenderung dipakai berulang-ulang oleh para penutur bahasa ini, berbeda dengan penutur bahasa Sunda lainnya yang hanya memakai partikel tersebut sekali saja.[39] Di bawah ini adalah contoh perbandingan kalimat antara bahasa Badui dan bahasa Sunda baku.

Catatan: pada contoh di bawah, partikel yang dimaksud dicetak tebal dan digarisbawahi.

Bahasa Badui

(1)
Ari urang Cicakal Girang mah ari asalna gé ari islam mah Islam.

ari

adapun

urang

orang

Cicakal

Cicakal

Girang

Girang

mah

FOC

ari

COMP

asal

PST

=na

=3

gé

juga

ari

COMP

islam

Islam

mah

FOC

Islam

Islam

ari urang Cicakal Girang mah ari asal =na gé ari islam mah Islam

adapun orang Cicakal Girang FOC COMP PST =3 juga COMP Islam FOC Islam

'Adapun orang Cicakal Girang kalau asalnya kalau Islam tetap Islam'[39]

(2)
Atuh ari ngajual mah saayana baé, sakilo dijual baé, sapuluh kilo dijual baé.

atuh

mohon

ari

bila

ngajual

AV-jual

mah

FOC

saaya

seada

=na

=NMLZ

baé,

LIM

sakilo

sekilo

dijual

PV-jual

baé,

LIM,

sapuluh

sepuluh

kilo

kilo

dijual

PV-jual

baé

LIM

atuh ari ngajual mah saaya =na baé, sakilo dijual baé, sapuluh kilo dijual baé

mohon bila AV-jual FOC seada =NMLZ LIM sekilo PV-jual LIM, sepuluh kilo PV-jual LIM

'Mohon bila menjual seadanya saja, sekilo dijual saja, sepuluh kilo dijual saja'[39]

Bahasa Sunda baku

  1. Ari urang Cicakal Girang mah asalna gé islam.[39]
  2. Atuh ari ngajual mah saayana baé, sakilo dijual, sapuluh kilo dijual.[39]

Dalam bahasa Badui, partikel boro dari bahasa Sunda baku mengalami reduplikasi (perulangan) menjadi boro-boro. Beberapa penggunaan preposisi dina 'pada' dalam bahasa Badui terhitung setara dengan di 'di' dalam bahasa Sunda baku. Penggunaan partikel-partikel lainnya seperti cenah, deuk, éta, ieu, jeung, kitu, tah dan si, tidak sama penggunaannya dengan bahasa Sunda baku. Selain itu, ada beberapa partikel yang tidak lazim ditemukan atau dipakai dalam bahasa Sunda baku, tetapi cukup umum dalam bahasa Badui, seperti contohnya: doang, laju dan ja.[18]

Morfologi

[sunting | sunting sumber]

Dalam bidang morfologi atau bentuk-bentuk kata terdapat perbedaan dan persamaan. Prefiks sa- dalam bahasa Badui tidak selalu menunjukkan bentuk terikat yang memiliki fungsi gramatikal yang mirip dengan prefiks se- dalam bahasa Indonesia. Seperti pada kalimat ngalaksa sajumaah dalam bahasa Badui yang maknanya setara dengan kalimat ngalaksa dina poé jumaah dalam bahasa Sunda baku. Perbedaan lain yang sangat tampak yaitu pada penggunaan sufiks -an dan -na, kata di tengahna 'di tengahnya' dalam bahasa Sunda baku berubah menjadi di tengahan 'di tengahnya' dalam bahasa Badui. Kata kabéh (semua) dalam bahasa Badui cukup hanya mendapatkan sufiks -an saja sehingga menjadi kabéhan (semuanya). Sementara dalam bahasa Sunda baku: kabéhanana (semuanya).[18] Selain itu, kata berimbuhan di-/-an pada kata dibéjaan 'diberitahu' dalam bahasa Sunda baku, dalam bahasa Badui berubah menjadi dibéja-béja. Untuk prefiks di- pada kata dikira dalam bahasa Badui bisa menggantikan reduplikasi kira-kira 'kira-kira' dalam bahasa Sunda baku. Dan untuk prefiks per- dalam bahasa Indonesia, berpadanan dengan prefiks para- dalam bahasa Badui, contohnya pada kata perkawinan 'pernikahan' berubah menjadi parakawinan 'pernikahan'.[17]

Tata bahasa

[sunting | sunting sumber]

Struktur dan tata bahasa Badui tidak jauh berbeda dengan struktur bahasa Sunda secara umum, sehingga struktur bahasanya masih dapat dipelajari dan dipahami secara baik oleh para penutur dialek bahasa Sunda lainnya.[40]

Pronomina persona

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Badui umumnya hanya mengenal pronomina atau kata ganti persona dalam bentuk bebas, bentuk terikat yang berupa proklitik dan enklitik hanya terdapat dalam persona ketiga tunggal atau jamak yang juga berfungsi sebagai pemarkah kepunyaan (khususnya bentuk sufiks -na). Selain itu, terdapat bentuk terikat berupa enklitik untuk persona pertama tunggal -ing dari bahasa Sunda kuno yang bersifat arkais dan kini sudah tidak digunakan lagi dalam bahasa Sunda modern termasuk bahasa Badui, umumnya, unsur gramatikal yang dibubuhi bentuk enklitik seperti ini kini dianggap sebagai monomorfemik, contohnya ambuing 'ibuku', anaking 'anakku' dan awaking 'badanku'.

Beberapa bentuk pronomina persona jamak dibentuk dengan cara menyisipkan infiks -ar- ke dalam pronomina persona tunggal, misal, untuk menyatakan pronomina persona kedua jamak, diciptakan dengan menyisipkan infiks -ar- ke dalam pronomina bebas dia menjadi daria. Hal ini berlaku bagi pronomina persona yang fonem awalnya berupa konsonan, sedangkan untuk pronomina persona yang diawali dengan fonem vokal, maka infiks -ar- akan berubah menjadi sufiks ar-, seperti contohnya pada pronomina persona ketiga jamak yang dibentuk dengan cara menambahkan sufiks ar- ke dalam pronomina bebas inyana menjadi arinyana.

Glos Pronomina bebas

(PRO)

Proklitik

(ERG)

Enklitik

(ABS)

Pemarkah kepunyaan

(POSS)

1SG
'saya'
aing, ngaing – †-ing[d]
1SG 1PL.EXCL
'saya, kami'
kami – – –
1PL.INCL
'kita'
urang – – –
2SG
'Anda'
sia, dia na- – –
2PL
'kalian'
daria, dararia – –
3SG
'dia'
diana, inyana di- -na
3PL
'mereka'
darariana, arinyana

Bentuk aing 'saya' yang mengalami nasalisasi (diucapkan secara sengau pada fonem pertama) menjadi ngaing adalah bentuk pronomina persona pertama tunggal yang biasanya digunakan untuk menunjukkan superioritas sang penutur, sementara bentuk persona kedua jamak dararia 'kalian' yang merupakan variasi dari daria (akar kata: dia 'Anda') adalah bentuk penegasan dengan cara menggandakan infiks -ar- menjadi -arar-.

Contoh teks

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Badui secara tradisional tidak mengamalkan budaya tulis, sehingga dalam pewarisan tradisi dilakukan secara oral atau lisan melalui tuturan dari generasi ke generasi, termasuk dalam hal kesusasteraan.[41] Sastra lisan Badui di kemudian hari banyak didokumentasikan oleh pihak luar.

Idiom

[sunting | sunting sumber]
Papan multibahasa dalam bahasa Badui dan Indonesia (Amanat Buyut). Tulisan Badui, dalam alfabet bahasa Sunda, berada di sebelah kiri papan.

Di bawah ini disajikan sebuah contoh teks berbahasa Badui yang berisi empat ungkapan atau idiom yang menggambarkan posisi bintang kidang (Orion) dalam penyusunan kalender pertanian Badui (pananggalan).[42][43]

Tanggal kidang turun kujang

apabila bintang kidang berada di ufuk timur, masyarakat harus memulai menebang semak-semak belukar dengan kujang (perkakas seperti parang)

Kidang ngarangsang kudu ngahuru

apabila posisi bintang kidang ngarangsang (seperti posisi matahari yang meninggi), masyarakat harus membakar sisa-sisa tebangan dan persiapan berladang

Kidang nyuhun atawa condong ka barat kudu ngaseuk

apabila bintang kidang diatas kepala atau sudah miring ke barat harus tanam padi

Kidang marem turun kungkang, ulah melak paré

apabila bintang kidang tidak lagi terlihat maka pantang untuk bertanam karena banyak hama serangga

Cerita rakyat

[sunting | sunting sumber]

Pada contoh di bawah ini ada sebuah sastra lisan berupa cerita rakyat mengenai kisah permulaan keberadaan masyarakat Badui berjudul Mula Nagara Baduy (Ejaan asli/Van Ophuijsen: Moela Nagara Badoej) yang pernah diteliti dan kemudian ditranskripsikan oleh C.M. Pleyte, seorang kurator museum asal Belanda.[44]

Berikut sepenggal kisah Mula Nagara Baduy yang telah disesuaikan ejaannya ke dalam Ejaan Bahasa Sunda modern:[45]

Laju baé ngalayang noongan pitempateun. Ana nepi ka Banten, nya éta ka nagara Cibaduy téa, manggih leuweung suni serta batuna réa taréngtong, keusik-keusik aralus; jeung éta leuweung lega jasa. Tilok aya anu ngeusian kajaba satoa berhala leuweung kayaning maung, badak, bagong jeung réa-réa deui oray-oray anu galedé nu laleutik sapangeusining leuweung. Di dinya ratu deuk ngalereb jeung dulurna anu ngaranna Pucuk Umun. Teu kebel, ana ngalongok ka béh lebak, aya walungan gedé, caina beresih jasa. Laju diana mandi di dinya. Ana mandi ratu leungit jamangna nu rupa béo téh, gilig deui rupa manusa. Laju éta cai dingaranan Cibéo nepi ka kiwari, Sanggeusna mandi, laju pulang deui kana tempat nu réa batu jeung keusik téa. Di dinya ku ratu dingaranan Cikeusik, serta taretep Ratu jeung dulurna mabakan. Mana ngaran Cikeusik nepi ka kiwari, nya ti mangsa harita tatkala ratu mabakan. Ari éta ratu, caritana, turunan ti sawarga loka, ngaraton di Pajajaran. Kebel-kebel ratu téh baranakan pirang­-pirang nya mabakan deui dina leuweung béh hilir, dingaranan Cikertawana nepi ka ayeuna. Anu matak dingaranan kitu, sabab mimitina ramé di dinya nya éta hartina: kerta ramé; wana leuweung. Ti dinya terus tumuluy nepi ka kiwari, tapi dina hiji­-hiji tempat ngan diwidian opat puluh kuren. Demi paonamanana urang dinya, lamun aya satoa galak, maung, bagong, banténg, atawa oray, teu ilok diperegasa ku bedil, ngan dibeberik baé.

Terjemahan bebas:

Lantas melayang meninjau banyak tempat. Tatkala tiba di Banten, tiba di Negara Cibaduy, ditemukanlah hutan sunyi berbatu yang tidak rata, pasir-pasir yang lembut, dan luas sekali. Tiada yang menghuninya selain binatang liar seperti harimau, badak, babi hutan, dan masih banyak lagi ular-ular yang beraneka ragam ukurannya yang menempati keseluruhan hutan. Di sana sang ratu hendak bermalam bersama saudaranya yang bernama Pucuk Umun. Tak berselang lama, ketika ia menengok ke arah dataran rendah, terdapat sebuah bengawan, airnya jernih sekali. Kemudian ia mandi di sana. Saat sedang mandi, sang ratu kehilangan bajunya yang bercorak burung beo, tak ragu lagi rupa manusia. Lantas sungai tersebut diberi nama Cibeo hingga kini. Selepas mandi, pulanglah ia ke tempat yang berbatu dan pasir tadi. Di sana ratu memberi nama daerah tersebut Cikeusik, dan ratu menetap di sana membuatnya sebagai pemukiman baru. Demikianlah nama Cikeusik masih dipakai sampai sekarang, sejak namanya diberikan oleh ratu ketika meninggalinya. Sementara itu, ratu sendiri diceritakan merupakan turunan dari kahyangan, berkuasa di Pajajaran. Lama-lama ratu beranak banyak sehingga kolonisasinya terus berlanjut di daerah hilir, yang dinamakan Cikertawana hingga kini. Alasan dinamakan demikian, karena keramaian bermula di sana, kerta artinya ramai, wana artinya hutan. Dari sana terus berlanjut sampai sekarang, tetapi untuk setiap tempat hanya diperbolehkan untuk ditinggali empat puluh keluarga saja. Hal yang mendasarinya adalah, jikalau ada binatang buas, seperti harimau, babi hutan, banteng, atau ular, tak perlu dihalau menggunakan senjata, cukup dikejar saja.

— Cornelis M. Pleyte (1912), Badoejsche geesteskinderen

Dari penggalan teks di atas terdapat kata-kata bercetak tebal yang merupakan lema khas dialek Badui yang bentuknya berbeda dengan bahasa Sunda di daerah Parahyangan. Berikut senarainya:

Bahasa Badui Bahasa Sunda baku Arti Ref.
jasa pisan sangat [46]
tilok, teu ilok tara jarang [47]
satoa sato binatang [46]
deuk arék hendak [48]
ngalereb ngarereb bermalam [49]
kebel lila lama [50]
diana manéhna dirinya [50]
jamangna bajuna bajunya [51]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • iconPortal Bahasa
  • flagPortal Indonesia
  • Portal Sunda
  • Rumpun bahasa Sunda-Badui
  • Bahasa Sunda Kuno
  • Bahasa Sunda Banten
  • Pantun Baduy
  • Pikukuh Baduy

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Keterangan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Beberapa situs web klasifikasi bahasa seperti Glottolog masih mengklasifikasikan bahasa Badui dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa yang kini dianggap telah usang, sementara Ethnologue langsung mengklasifikasikan bahasa Badui dalam bahasa Sunda pada rumpun bahasa Melayu-Polinesia tanpa ada penggolongan lagi di bawahnya. Pengelompokan bahasa Sunda termasuk di dalamnya bahasa Badui sebagai bagian dari rumpun Indonesia Barat dan Kalimantan Utara Raya dianggap lebih mutakhir daripada Melayu-Sumbawa.
  2. ^ Glottolog versi 4.1 mencatat bahasa Badui bersama dengan bahasa Sunda membentuk sebuah keluarga bahasa Sundanese-Badui.[12]
  3. ^ EGIDS merupakan singkatan dari Expanded Graded Intergenerational Disruption Scale, sebuah skala yang menilai seberapa parah pemutusan rantai transmisi antargenerasi bagi sebuah bahasa. Tingkat 1 menandakan bahwa bahasa tersebut lazim digunakan dalam komunikasi antarbangsa, sementara tingkat 10 menandakan bahwa bahasa tersebut telah punah.
  4. ^ klitik -ing hanya produktif digunakan dalam bahasa Sunda Kuno

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Pleyte, C.M., Badoejsche geesteskinderen, dalam Van Ronkel (1912), hlm. 224
  2. ^ a b Iskandar & S. Iskandar (2016), hlm. 696.
  3. ^ Astari (2009), hlm. 3.
  4. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  5. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
  6. ^ "Bahasa Badui". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
  7. ^ Hammarström, Forkel & Haspelmath (2019a).
  8. ^ a b c Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 50.
  9. ^ Sam et al. (1986), hlm. 33.
  10. ^ Florey, M., Language Shift and Endangerment, dalam Adelaar & Himmelmann (2005), hlm. 51
  11. ^ Yulianti & Firdaus (2021), hlm. 215.
  12. ^ Hammarström, Forkel & Haspelmath (2019b).
  13. ^ Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 2.
  14. ^ Rusady & Munawarah (2017a), hlm. 592.
  15. ^ Rusady & Munawarah (2017b), hlm. 60.
  16. ^ Hidayati et al. (2017), hlm. 580.
  17. ^ a b c d Sam et al. (1986), hlm. 35.
  18. ^ a b c Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 52.
  19. ^ Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 53.
  20. ^ Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 27.
  21. ^ Sam et al. (1986), hlm. 29.
  22. ^ Pujiati, Isnendes & Kurniawan (2017), hlm. 388.
  23. ^ a b c Sam et al. (1986), hlm. 36.
  24. ^ a b Sam et al. (1986), hlm. 37.
  25. ^ Sam et al. (1986), hlm. 38.
  26. ^ a b Rahmadania (2012), hlm. 214.
  27. ^ Rusady & Munawarah (2017a), hlm. 595.
  28. ^ Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 127.
  29. ^ Sam et al. (1986), hlm. 40.
  30. ^ Hidayati et al. (2017), hlm. 78.
  31. ^ Sam et al. (1986), hlm. 42.
  32. ^ a b Rusady & Munawarah (2017b), hlm. 61.
  33. ^ Rusady & Munawarah (2017b), hlm. 62.
  34. ^ Rusady & Munawarah (2017b), hlm. 63.
  35. ^ Priyanto, Kurniawan & Isnendes (2018), hlm. 384.
  36. ^ a b Priyanto, Kurniawan & Isnendes (2018), hlm. 382.
  37. ^ Priyanto, Kurniawan & Isnendes (2018), hlm. 385.
  38. ^ Priyanto, Kurniawan & Isnendes (2018), hlm. 383.
  39. ^ a b c d e Sucipto & Limbeng (2007), hlm. 51.
  40. ^ Yulianti & Firdaus (2021), hlm. 217.
  41. ^ Kristianto (2016), hlm. 2-3.
  42. ^ Iskandar & S. Iskandar (2016), hlm. 698.
  43. ^ Iskandar & S. Iskandar (2016), hlm. 694.
  44. ^ Van Zanten (2016), hlm. 407-408.
  45. ^ Pleyte (1912), hlm. 254-261.
  46. ^ a b Pleyte (1912), hlm. 221.
  47. ^ Pleyte (1912), hlm. 223.
  48. ^ Pleyte (1912), hlm. 224.
  49. ^ Pleyte (1912), hlm. 262.
  50. ^ a b Pleyte (1912), hlm. 222.
  51. ^ Pleyte (1912), hlm. 233.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Adelaar, A.; Himmelmann, N. (2005). The Austronesian Languages of Asia and Madagascar (dalam bahasa Inggris) (Edisi 1). London: Routledge. doi:10.4324/9780203821121. ISBN 9780415681537. OCLC 53814161. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Astari, S. (2009). Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran. Jakarta: Binus Librari. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Hammarström, H.; Forkel, R.; Haspelmath, M., ed. (2019a). "Badui". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. doi:10.5281/zenodo.5772642. ; Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • ———; Forkel, R.; Haspelmath, M., ed. (2019b). "Sundanese-Badui". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. doi:10.5281/zenodo.5772642. ; Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Hidayati, S.; Suansa, N.I.; Samin; Franco, F.M. (2017). "Using Ethnotaxonomy to assess Traditional Knowledge and Language vitality: A case study with the Urang Kanekes (Baduy) of Banten, Indonesia". Indian Journal of Traditional Knowledge. 16 (4): 576–582.
  • Iskandar, J.; S. Iskandar, B. (2016). "Ethnoastronomy-The Baduy agricultural calendar and prediction of environmental perturbations" (PDF). Biodiversitas (dalam bahasa Inggris). 17 (2): 694-703. doi:10.13057/biodiv/d170244. ISSN 1412-033X. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Kristianto, N.S.D. (2016). "Tradisi dan Sastra Lisan Sebagai Pewarisan Nilai-Nilai Luhur Masyarakat Baduy". Jurnal Salingka: Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra. 13 (1): 1–15. doi:10.26499/salingka.v13i01.39.
  • Pleyte, C.M. (1912). "Badoejsche geesteskinderen". Indische Taal, Land-en Volkenkunde. LIV. Batavia, 'S Hage: Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Albrecht & Co., M. Nijhoff: 215–426. OCLC 1607509.
  • Priyanto, I.; Kurniawan, E.; Isnendes, C. (2018). The Interference on Sunda Baduy in Language Level. Proceedings of the 2nd International Conference on Sociology Education (ICSE 2017) (Paper) (dalam bahasa Inggris). Vol. 1. Bandung: SciTePress–Science and Technology Publications. hlm. 382–386. doi:10.5220/0007098803820386. ISBN 978-989-758-316-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Pujiati, T.; Isnendes, R.; Kurniawan, E. (2017). Greeting in Baduy Dalam Community: A Sociolinguistics Study of Politeness. Proceedings of the 2nd International Conference on Sociology Education (ICSE 2017) (Paper) (dalam bahasa Inggris). Vol. 2. Bandung: SciTePress–Science and Technology Publications. hlm. 386–390. doi:10.5220/0007110210261030. ISBN 978-989-758-316-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Rahmadania, H. (2012). Kosakata Warna Dalam Bahasa Sunda Kanekes. International Seminar Language and Maintenance and Shift II July 5-6, 2012 (Conference or Workshop Item (Paper)). Semarang: Master Program in Linguistics, Diponegoro University. ISSN 2088-6799.
  • Rusady, D.; Munawarah, S. (2017a). Searching of Sundanese Archaic Words in Inner and Outer Badui. Proceedings of the Tenth Conference on Applied Linguistics and the Second English Language Teaching and Technology Conference in collaboration with the First International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (CONAPLIN and ICOLLITE 2017) - Literacy, Culture, and Technology in Language Pedagogy and Use (Paper) (dalam bahasa Inggris). Vol. 1. Depok: SciTePress–Science and Technology Publications. hlm. 592–596. doi:10.5220/0007171505920596. ISBN 978-989-758-332-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • ———; Munawarah, S. (2017b). Linguistic Evidence of Sundanese Lexical Changes in Badui Tribe Areas. International Seminar on Sociolinguistics and Dialectology “Changes and Development of Language in Social Life” (Paper) (dalam bahasa Inggris). Depok: University of Indonesia.
  • Sam, A.S.; Abdurachman; Zarkashih, R.; Yunus, A. (1986). Tata kehidupan masyarakat Baduy di Propinsi Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. OCLC 1223435806. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Sucipto, T.; Limbeng, J. (2007). Studi Tentang Religi Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Provinsi Banten. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. OCLC 387740423. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Van Zanten, W. (2016). "Some notes on the "pantun" storytelling of the Baduy minority group its written and audiovisual documentation". Wacana: Journal of the Humanities of Indonesia. 17 (3): 404–437. doi:10.17510/wacana.v17i3.454.
  • Yulianti, S.; Firdaus, W. (2021). Spatial Representation of Baduy Tribe. Proceedings of the 2nd Annual Conference on Social Science and Humanities (ANCOSH 2020) (Paper) (dalam bahasa Inggris). Vol. 542. Jakarta: Atlantis Press. hlm. 215–219. doi:10.2991/assehr.k.210413.050. ISBN 978-94-6239-364-6. ISSN 2352-5398. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)

Naskah digital

[sunting | sunting sumber]
  • Oa Jeung Aul (1912) dongeng berbahasa Badui di Wikisource
  • Badoejsche Pantoenverhalen kumpulan pantun Sunda dari wilayah Badui di Wikisource (tautan alternatif via JSTOR di sini)

Daftar bacaan

[sunting | sunting sumber]
  • Al-Rawafi, A.; Kurniawan, E.; Isnendes, R. (2017). The Semantics of Kinship Terminologies of Baduy, Indonesia. Proceedings of the 2nd International Conference on Sociology Education (ICSE 2017) (Paper) (dalam bahasa Inggris). Vol. 1. Bandung: SciTePress–Science and Technology Publications. hlm. 5–11. doi:10.5220/0007091800050011. ISBN 978-989-758-316-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Berthe, L. (1965). "Aînés et cadets l'alliance et la hiérarchie chez les Baduj". L'Homme. 5 (3–4): 189–223. doi:10.3406/HOM.1965.366748. JSTOR 25131197.
  • Iskandar, J. (1998). Swidden cultivation as a form of cultural identity : the Baduy case (PhD thesis). University of Kent. doi:10.22024/UniKent/01.02.94437.

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Universitas Negeri Padjadjaran. Fakultas Sastra. (1984). Perbandingan struktur bahasa Sunda Baduy dengan bahasa Sunda Lulugu. Laporan penelitian / Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, Universitas Padjadjaran. Sub Proyek, no. 20. Bandung: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, Universitas Padjadjaran. OCLC 18746825. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Cecep Eka Permana, R. (2006). Tata ruang masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. ISBN 9789797800321. OCLC 191731042. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Suryani Nani Sumarlina, E. (2009). Mengungkap kearifan lokal budaya Sunda yang tercermin dalam naskah dan prasasti. Bandung. OCLC 680676827. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Lihat Lampiran:Daftar Swadesh bahasa Badui di Wiktionary, kamus gratis.
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Bahasa Badui.
Uji coba Wikipedia Bahasa Badui di Wikimedia Incubator
  • Daftar lema bahasa Badui di Wiktionary
  • (Indonesia) Kamus Budaya Baduy Daring
  • (Inggris) Badui | Ethnologue
  • (Inggris) Badui - Multitree Diarsipkan 2019-11-10 di Wayback Machine.
  • (Inggris) OLAC resources in and about the Badui language
  • (Inggris) Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Badui - kanal ILoveLanguages! di YouTube
  • l
  • b
  • s
Indonesia Bahasa di Indonesia
Bahasa Indonesia (Gaul, Binan)
Bahasa-bahasa di Sumatra
Aceh-Cam
  • Daya
  • Barat
  • Pidie
  • Selatan
  • Utara
Gayo-Batak
  • Gayo
  • Alas
  • Kluet
  • Pakpak
  • Singkil
  • Angkola
  • Karo
  • Mandailing
  • Simalungun
  • Toba
Sumatra Barat Laut
  • Devayan
    • Haloban
    • Lekon
  • Sigulai
  • Nias
  • Mentawai
  • Enggano
Melayu
  • Melayu a
    • Tamiang
    • Langkat
    • Deli
    • Serdang
    • Panai
    • Jambi
    • Riau
  • Bangka
  • Duanoa
  • Haji
  • Kedaha
  • Kerinci
  • Kubu
  • Loncong
Minangkabau
  • Minangkabau
  • Jamee
  • Kampar
  • Lubu
  • Mukomuko
  • Pesisir Sibolga
Melayu Barisan Selatan
  • Pekal
  • Bengkulu
  • Serawai
  • Lintang
  • Lematang Ulu
  • Basemah
  • Semende
  • Kaur
  • Ogan
  • Enim
  • Rambang
Musi
  • Palembang
  • Penesak
  • Belide
  • Lematang
  • Pegagan
  • Musi
  • Col
  • Rawas
Lampung
  • Api
  • Nyo
  • Komering
Lain-lain
  • Nasal
  • Rejang
Bahasa-bahasa di Jawa
  • Badui
  • Banten
  • Betawi
  • Indonesia Peranakan 1
  • Javindo 1
  • Jawa
  • Kangean
  • Kawi
  • Madura
  • Osing
  • Pecok 1
  • Sunda
  • Tengger
Bahasa-bahasa di Kepulauan Nusa Tenggara
  • Abui
  • Adang
  • Adonara
  • Alor
  • Amarasi
  • Anakalangu
  • Bali
  • Bengkala 2
  • Bilba
  • Bima
  • Blagar
  • Bunak b
  • Dela-Oenale
  • Dengka
  • Dhao
  • Ende
  • Hamap
  • Helong
  • Ile Ape
  • Kabola
  • Kafoa
  • Kamang
  • Kambera
  • Kedang
  • Kelon
  • Kemak b
  • Ke'o
  • Kepo'
  • Kodi
  • Komodo
  • Kui
  • Kula
  • Lamaholot
  • Lamalera
  • Lamatuka
  • Lamboya
  • Lamma
  • Laura
  • Lembata Barat
  • Lembata Selatan
  • Levuka
  • Lewo Eleng
  • Lewotobi
  • Lio
  • Lole
  • Melayu Bali
  • Melayu Kupang
  • Melayu Larantuka
  • Mamboru
  • Manggarai
  • Nage
  • Nedebang
  • Ngada
  • Ngada Timur
  • Palue
  • Rajong
  • Rembong
  • Retta
  • Ringgou
  • Riung
  • Rongga
  • Sabu
  • Sasak
  • Sawila
  • Sikka
  • So'a
  • Sumbawa
  • Tambora
  • Tereweng
  • Termanu
  • Tetun b
  • Tewa
  • Tii
  • Uab Meto
  • Wae Rana
  • Wanukaka
  • Wejewa
  • Wersing
Bahasa-bahasa di Kalimantan *
  • Abal
  • Ampanang
  • Aoheng
  • Bahau
  • Bakati'
    • Rara
    • Sara
  • Barangas
  • Bakumpai
  • Banjar
  • Basap
  • Benyadu'
  • Bidayuh
    • Biatah a
    • Bukar-Sadong a
  • Bolongan a
  • Bukat
  • Bukitan
  • Burusu
  • Dusun
    • Balangan
    • Deyah
    • Malang
    • Witu
  • Embaloh
  • Hovongan
  • Iban a
  • Jangkang
  • Kayan
    • Kayan Busang
    • Sungai Kayan
    • Mahakam
    • Mendalam
    • Wahau
  • Kelabit a
  • Kembayan
  • Kendayan
  • Keninjal
  • Kenyah
    • Kelinyau a
    • Wahau
  • Kereho
  • Kohin
  • Lawangan
  • Lengilu
  • Lun Bawang a
  • Ma'anyan
  • Melayu
    • Kota Bangun
    • Berau
    • Bukit
    • Dayak
    • Pontianak
    • Sambas
    • Tenggarong
  • Modang
  • Mualang
  • Murut
    • Selungai Murut a
    • Sembakung Murut a
    • Tagal Murut a
  • Ngaju
  • Okolod a
  • Ot Danum
  • Paku
  • Punan
    • Aput
    • Merah
    • Merap
    • Tubu
  • Putoh
  • Ribun
  • Sa'ban
  • Sanjau Basap
  • Sanggau
  • Seberuang
  • Segai
  • Semandang
  • Siang
  • Taman
  • Tausug a
  • Tawoyan
  • Tidong a
  • Tunjung
  • Uma'
    • Lasan
    • Lung
Bahasa-bahasa di Sulawesi
  • Andio
  • Aralle-Tabulahan
  • Bada
  • Bahonsuai
  • Bajau Indonesia
  • Balaesang
  • Balantak
  • Bambam
  • Banggai
  • Bantik
  • Baras
  • Batui
  • Behoa
  • Bentong
  • Bintauna
  • Boano
  • Bobongko
  • Bolango
  • Bonerate
  • Budong-Budong
  • Bugis
  • Bungku
  • Buol
  • Busoa
  • Campalagian
  • Cia-Cia
  • Dakka
  • Dampelas
  • Dondo
  • Duri
  • Enrekang
  • Gorontalo
  • Kaidipang
  • Kaili Da'a
  • Kaili Ledo
  • Kaili Unde
  • Kaimbulawa
  • Kalao
  • Kalumpang
  • Kamaru
  • Kioko
  • Kodeoha
  • Konjo Pegunungan
  • Konjo Pesisir
  • Koroni
  • Kulisusu
  • Kumbewaha
  • Laiyolo
  • Lasalimu
  • Lauje
  • Lemolang
  • Liabuku
  • Lindu
  • Lolak
  • Maiwa
  • Makassar
  • Melayu Makassar
  • Melayu Manado
  • Malimpung
  • Mamasa
  • Mamuju
  • Mandar
  • Moma
  • Mongondow
  • Mori Atas
  • Mori Bawah
  • Moronene
  • Muna
  • Napu
  • Padoe
  • Pamona (Ta'a)
  • Panasuan
  • Pancana
  • Pannei
  • Pendau
  • Ponosakan
  • Rahambuu
  • Rampi
  • Ratahan
  • Saluan
  • Sangir
  • Sarudu
  • Sedoa
  • Seko Padang
  • Seko Tengah
  • Selayar
  • Suwawa
  • Tae'
  • Taje
  • Tajio
  • Talaud
  • Taloki
  • Talondo'
  • Toala'
  • Tolaki
  • Tomadino
  • Tombelala
  • Tombulu
  • Tomini
  • Tondano
  • Tonsawang
  • Tonsea
  • Tontemboan
  • Topoiyo
  • Toraja-Sa'dan
  • Totoli
  • Tukang Besi Selatan
  • Tukang Besi Utara
  • Ulumanda'
  • Uma
  • Waru
  • Wawonii
  • Wolio
  • Wotu
Bahasa-bahasa di Kepulauan Maluku
  • Alune
  • Amahai
  • Ambelau
  • Aputai
  • Asilulu
  • Babar Tenggara
  • Babar Utara
  • Banda
  • Barakai
  • Bati
  • Batuley
  • Benggoi
  • Boano
  • Bobot
  • Buli
  • Buru
  • Dai
  • Damar Barat
  • Damar Timur
  • Dawera-Daweloor
  • Dobel
  • Elpaputih
  • Emplawas
  • Fordata
  • Galela
  • Gamkonora
  • Gane
  • Gebe
  • Geser-Gorom
  • Gorap
  • Haruku
  • Hitu
  • Horuru
  • Hoti
  • Huaulu
  • Hukumina
  • Hulung
  • Ibu
  • Ili'uun
  • Imroing
  • Kadai
  • Kaibobo
  • Kamarian
  • Kao
  • Karey
  • Kayeli
  • Kei
  • Kisar
  • Koba
  • Kola
  • Kompane
  • Kur
  • Laba
  • Laha
  • Larike-Wakasihu
  • Latu
  • Leti
  • Liana-Seti
  • Lisabata-Nuniali
  • Lisela
  • Lola
  • Loloda
  • Lorang
  • Loun
  • Luang
  • Luhu
  • Maba
  • Makian Barat
  • Makian Timur
  • Melayu Ambon
  • Melayu Bacan
  • Melayu Banda
  • Melayu Maluku Utara
  • Mangole
  • Manipa
  • Manombai
  • Manusela
  • Mariri
  • Masela Barat
  • Masela Tengah
  • Masela Timur
  • Masiwang
  • Modole
  • Moksela
  • Naka'ela
  • Nila
  • Naulu Selatan
  • Naulu Utara
  • Nusa Laut
  • Oirata
  • Pagu
  • Palumata
  • Patani
  • Paulohi
  • Perai
  • Piru
  • Roma
  • Sahu
  • Salas
  • Saleman
  • Saparua
  • Sawai
  • Seit-Kaitetu
  • Selaru
  • Seluwasan
  • Sepa
  • Serili
  • Serua
  • Sula
  • Tabaru
  • Taliabu
  • Talur
  • Tarangan Barat
  • Tarangan Timur
  • Tela-Masbuar
  • Teluti
  • Teor
  • Ternate
  • Ternateño1
  • Te'un
  • Tidore
  • Tobelo
  • Tugun
  • Tugutil
  • Tulehu
  • Ujir
  • Waioli
  • Watubela
  • Wamale Selatan
  • Wamale Utara
  • Yalahatan
  • Yamdena
Bahasa-bahasa di Papua *
  • Abinomn 3
  • Abun 3
  • Aghu
  • Airoran
  • Ambai
  • Anasi
  • Ansus
  • Arandai
  • Arguni
  • As
  • Asmat Pantai Kasuari
  • Asmat Tengah
  • Asmat Utara
  • Asmat Yaosakor
  • Atohwaim
  • Auye
  • Awbono
  • Awera
  • Awyi
  • Awyu Asue
  • Awyu Tengah
  • Awyu Edera
  • Awyu Jair
  • Awyu Utara
  • Awyu Selatan
  • Bagusa
  • Baham
  • Barapasi
  • Bauzi
  • Bayono
  • Bedoanas
  • Beneraf
  • Berik
  • Betaf
  • Biak
  • Biga
  • Biritai
  • Bonggo
  • Burate
  • Burmeso
  • Burumakok
  • Buruwai
  • Busami
  • Citak
  • Citak Tamnim
  • Dabe
  • Damal
  • Dani Lembah Bawah
  • Dani Lembah Tengah
  • Dani Lembah Atas
  • Dani Barat
  • Dao
  • Dem
  • Demisa
  • Dera
  • Diebroud
  • Dineor
  • Diuwe
  • Doutai
  • Duriankere
  • Dusner
  • Duvle
  • Edopi
  • Eipomek
  • Elseng 3
  • Emem
  • Eritai
  • Erokwanas
  • Fayu
  • Fedan
  • Foau
  • Gresi
  • Hatam 3
  • Hupla
  • Iau
  • Iha
  • Iha Pijin 4
  • Irarutu
  • Iresim
  • Isirawa
  • Itik
  • Iwur
  • Jofotek-Bromnya
  • Kaburi
  • Kais
  • Kaiy
  • Kalabra
  • Kamberau
  • Kamoro
  • Kanum Bädi
  • Kanum Ngkâlmpw
  • Kanum Smärky
  • Kanum Sota
  • Kapauri
  • Kaptiau
  • Karas
  • Karon Dori
  • Kaure
  • Kauwera
  • Kawe
  • Kayagar
  • Kayupulau
  • Kehu 5
  • Keijar
  • Kemberano
  • Kembra 5
  • Kemtuik
  • Ketengban
  • Ketum
  • Kimaghima
  • Kimki
  • Kirikiri
  • Kofei
  • Kokoda
  • Kombai
  • Komyandaret
  • Konda
  • Koneraw
  • Kopkaka
  • Korowai
  • Korupun-Sela
  • Kosare
  • Kowiai
  • Kuri
  • Kurudu
  • Kwer
  • Kwerba
  • Kwerba Mamberamo
  • Kwerisa
  • Kwesten
  • Kwinsu
  • Legenyem
  • Lepki 5
  • Liki
  • Maden
  • Mai Brat
  • Mairasi
  • Maklew
  • Mee
  • Melayu Papua
  • Mander
  • Mandobo Atas
  • Mandobo Bawah
  • Manem
  • Manikion/Mantion/Sougb
  • Mapia
  • Marau
  • Marind
  • Marind Bian
  • Masimasi
  • Massep 3
  • Matbat
  • Mawes
  • Ma'ya
  • Mekwei
  • Meoswar
  • Mer
  • Meyah
  • Mlap
  • Mo
  • Moi
  • Molof 5
  • Mombum
  • Momina
  • Momuna
  • Moni
  • Mor
  • Mor
  • Morai
  • Morori
  • Moskona
  • Mpur 3
  • Munggui
  • Murkim 5
  • Muyu Utara
  • Muyu Selatan
  • Nafri
  • Nakai
  • Nacla
  • Namla 5
  • Narau
  • Ndom
  • Nduga
  • Ngalum
  • Nggem
  • Nimboran
  • Ninggerum
  • Nipsan
  • Nisa
  • Obokuitai
  • Onin
  • Onin Pijin 4
  • Ormu
  • Orya
  • Papasena
  • Papuma
  • Pom
  • Puragi
  • Rasawa
  • Riantana
  • Roon
  • Samarokena
  • Saponi
  • Sauri
  • Sause
  • Saweru
  • Sawi
  • Seget
  • Sekar
  • Semimi
  • Sempan
  • Sentani
  • Serui-Laut
  • Sikaritai
  • Silimo
  • Skou
  • Sobei
  • Sowanda
  • Sowari
  • Suabo
  • Sunum
  • Tabla
  • Taikat
  • Tamagario
  • Tanahmerah
  • Tandia
  • Tangko
  • Tarpia
  • Tause
  • Tebi
  • Tefaro
  • Tehit
  • Tobati
  • Tofanma 5
  • Towei
  • Trimuris
  • Tsaukambo
  • Tunggare
  • Una
  • Uruangnirin
  • Usku 5
  • Viid
  • Vitou
  • Wabo
  • Waigeo
  • Walak
  • Wambon
  • Wandamen
  • Wanggom
  • Wano
  • Warembori
  • Wares
  • Waris
  • Waritai
  • Warkay-Bipim
  • Waropen
  • Wauyai
  • Woi
  • Wolai
  • Woria
  • Yahadian
  • Yale Kosarek
  • Yali Angguruk
  • Yali Ninia
  • Yali Abenaho
  • Yaqay
  • Yarsun
  • Yaur
  • Yawa
  • Yei
  • Yabega
  • Yeretuar
  • Yetfa
  • Yoke
  • Zorop
  • flagPortal Indonesia

1 Kreol • 2 Bahasa isyarat • 3 Bahasa isolat • 4 Bahasa Pidgin • 5 Tidak diklasifikasikan
a juga dituturkan di Malaysia dan/ Brunei Darussalam. • b juga dituturkan di Timor Leste, Papua Nugini dan/ negara-negara Oseania lainnya. Italik: Bahasa punah atau bahasa mati. *Catatan: Kalimantan dan Papua di sini hanya yang termasuk dalam teritori Indonesia.

Lihat pula: Daftar bahasa di Indonesia menurut BPS 2010
  • l
  • b
  • s
Bahasa Sunda
Sejarah
  • Kuno (abad ke-14—17)
  • Klasik (abad ke-17—18)
  • Modern Awal (abad ke-19)
  • Modern (abad ke-20—kini)
Aksara Sunda
Sistem penulisan
Aksara
  • Kuno
  • Baku
  • Latin
  • Pegon
  • Buda
Unicode
  • Blok Unicode (karakter)
  • Supplement (tanda baca)
Tingkat tutur
Bahasa
  • Hormat
    • ka batur
    • ka sorangan
  • Loma
Kosakata
  • Lemes
    • pisan
    • enteng
    • dusun
  • Sedeng
  • Panengah
  • Loma
  • Cohag
Ragam
Dialek
Banten
  • Pandeglang
  • Serang
  • Tangerang
Pesisir Utara
  • Binong
  • Bogor
  • Karawang
Priangan
  • Bandung
  • Ciamis
  • Garut
  • Sumedang
  • Tasikmalaya
Cirebon
  • Brebes
  • Indramayu
  • Kuningan
  • Majalengka
Nonbaku
  • Basa budak (bahasa kanak-kanak)
  • Widal (slang)
Bahasa terkait
  • Badui
  • Banyumas†
  • Depok
  • Lombok Barat
  • Tegal
Gramatika
  • Tata bahasa
  • Fonologi
    • Rinéka sora
  • IPA
Otoritas
  • Lembaga
  • Kongres
  • Kamus R.A. Danadibrata
Topik terkait
  • Angka
  • Ejaan
  • Rumpun
  • Sastra
  • Wikipedia
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bahasa_Badui&oldid=27228406"
Kategori:
  • Pages transcluding nonexistent sections
  • Bahasa kategori 6a di Ethnologue
  • Halaman bahasa dengan peta OpenStreetMap
  • Articles with ambiguous glossing abbreviations
  • Bahasa Badui
  • Bahasa di Banten
  • Bahasa di Indonesia
  • Rumpun bahasa Melayu-Polinesia
  • Suku Badui
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Artikel bahasa dengan tag bahasa IETF
  • Halaman bahasa dengan kode BPS
  • Halaman yang menggunakan templat pengganti kata ajaib
  • Halaman artikel bahasa dengan sampel video
  • Halaman artikel bahasa dengan peta
  • Mapframe Infobox tanpa hubungan OSM di Wikidata
  • Pages using gadget WikiMiniAtlas
  • Artikel bahasa Mei 2025
  • Semua artikel bahasa
  • Artikel bahasa dengan field infobox yang tidak didukung
  • Artikel bahasa dengan kotak info bahasa
  • Semua artikel dengan pernyataan tanpa sumber
  • Galat CS1: nilai parameter tidak valid
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Pranala Commons ditentukan secara lokal
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Halaman yang menggunakan ekstensi Kartographer

Best Rank
More Recommended Articles