More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Gatot Soebroto - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gatot Soebroto - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gatot Soebroto

  • Basa Bali
  • English
  • Jawa
  • Basa Banyumasan
  • Bahasa Melayu
  • Sunda
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Lihat sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Lihat sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Checked
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Page version status

Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman ini

Ini adalah versi stabil, terperiksa pada tanggal 20 Mei 2025.
Untuk bandar udara di Baturaja, Sumatera Selatan, lihat Bandar Udara Gatot Subroto.
Untuk halte Koridor 2, lihat Halte Transjakarta Gatot Subroto RSPAD.
Untuk halte Koridor 9, lihat Halte Transjakarta Gatot Subroto LIPI dan Halte Transjakarta Gatot Subroto Jamsostek.
Gatot Soebroto
Kolonel Soebroto pada tahun 1950
Lahir(1907-10-10)10 Oktober 1907
Purwokerto, Banyumas, Hindia Belanda
Meninggal11 Juni 1962(1962-06-11) (umur 54)
Jakarta, Indonesia
DikebumikanUngaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Pengabdian
  •  Hindia Belanda (1923–1942)
  •  Kekaisaran Jepang (1943–1945)
  •  Indonesia (1945–1962)
Dinas/cabang
  • Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL)
  • Pembela Tanah Air (PETA)
  • Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
Lama dinas1923–1942, 1943–1945, 1945–1962
PangkatLetnan Jenderal (saat kematian)
Jenderal (anumerta)
Perang/pertempuranRevolusi Nasional Indonesia
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia
Anak7, termasuk Bob Hasan (adopsi)

Gatot Soebroto (10 Oktober 1907 – 11 Juni 1962) adalah seorang prajurit satu tentara keamanan rakyat Indonesia yang dimulai karier militernya di Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).

Riwayat hidup

Setamat pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Gatot Soebroto tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi memilih menjadi pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923 memasuki sekolah militer Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) di Magelang. Sempat menjadi sersan kelas II saat dikirim di Padang Panjang selama lima tahun, Gatot Soebroto kemudian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan lanjutan, pendidikan masose. Gatot Soebroto dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Soebroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak.

Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta merta Gatot Soebroto pun mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), organisasi militer milik Jepang yang merekrut tentara pribumi untuk berperang, di Bogor. Di sanalah karier Gatot Soebroto mulai merangkak naik. Selepas lulus dari pendidikan Peta, ia diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas sebelum akhirnya ditunjuk menjadi komandan batalyon. Setelah kemerdekaan, Gatot Soebroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan kariernya berlanjut hingga dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.

Gatot Soebroto dikenal sebagai tentara yang solider terhadap rakyat kecil meski tengah bekerja sebagai tentara kependudukan Belanda dan Jepang. Ia dianggap contoh seorang pemimpin yang layak diapresiasi berkat jasa-jasanya. Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Soebroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak. Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Soebroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi. Hal itulah yang sering kali membuat ia ditegur oleh atasannya.

Namun, bukan berarti sering mendapat teguran dari atasan membuat Gatot Soebroto kapok dan patuh terhadap perintah. Justru hal itulah yang membuat Gatot Soebroto mendapatkan angin segar untuk sekadar 'menakuti dan mengancam' pihak Jepang. Saat itu, ia mengancam bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai komandan kompi dengan melemparkan atribut senjata perangnya. Melihat tindakan berani Gatot Soebroto, atasannya kemudian meluluskan apa yang dikerjakan Gatot Soebroto, yakni memihak pribumi terlebih rakyat kecil. Ia juga menentang Jepang jika berbuat semena-mena dan kasar terhadap anak buahnya.

Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil didapat, Gatot Soebroto kemudian membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal nama Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ada kini. TKR dipimpin oleh Kol. Soedirman di mana saat itu Gatot Soebroto menjabat sebagai Kepala Siasat dan berganti menjadi Komandan Devisi dengan pangkat Kolonel setelah prestasinya yang dianggap gemilang dalam pertempuran Ambarawa.

Pada tahun 1948 terdapat Peristiwa Madiun atau Madiun Affairs yang melibatkan pihak Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Tentara Nasional Indonesia. Pemberontakan tersebut berada di wilayah Madiun, Jawa Timur, yang kemudian berakhir diatasi dengan baik oleh TKR di bawah pimpinan Gatot Soebroto. Saat melawan PKI, Gatot Soebroto melancarkan operasi militer agar dapat memulihkan keamanan. Di sebelah barat, Gatot yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Soengkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobil Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.

Panglima Besar Soedirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Musso dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat. Tanggal 30 September 1948, Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di hotel Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.

Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Musso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir Sjarifoeddin, mantan Perdana Menteri Republik Indonesia, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah Kol. Gatot Soebroto.

Tak berbeda jauh dengan pemberontakan yang ada di Jawa, di Sulawesi Selatan juga terdapat pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakkar pada tahun 1952. Lagi-lagi karena dinilai pandai dalam memasang strategi, Gatot Soebroto diserahi untuk menumpas pasukan pemberontak dan kembali pulang dengan membawa kemenangan. Tak hanya sekadar kemenangan, para pemberontak pun juga berhasil dibujuknya agar kembali dalam barisan TKR. Berkat usahanya tersebut, Gatot Soebroto diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T & T) IV Diponegoro pada tahun yang sama.

Selama memimpin, Gatot Soebroto dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, tegas, berani, dan membela kaum yang tertindas. Maka, pada tahun 1953, ketika terjadi kerusuhan di istana negara akibat tuntutan rakyat atas pembubaran parlemen ditolak, Gatot Soebroto yang dituduh sebagai dalang kerusuhan tersebut langsung mengundurkan diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militer. Pada 1953, ia mengundurkan diri dari dinas militer, tetapi tiga tahun kemudian diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada tahun 1956. Melalui tangannya, ia berhasil melumpuhkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia-Perjuangan Rakyat Semesta yang ada di Sumatra dan Sulawesi Utara.

Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Soebroto meninggal di usia 54 tahun. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1965.

Melengkapi pangkatnya, seminggu setelah ia dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran, Jawa Tengah, gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962 disematkan kepadanya.[1]

Tanda Kehormatan[2]

Selama berkarier di dunia militer dan memangku berbagai jabatan, atas jasa-jasanya beliau telah dianugerahkan tanda kehormatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Baris ke-1 Bintang Mahaputera Utama (14 Agustus 1962)[3] Bintang Gerilya
Baris ke-2 Bintang Sakti Bintang Dharma Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
Baris ke-3 Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun Satyalancana Perang Kemerdekaan I
Baris ke-4 Satyalancana Perang Kemerdekaan II Satyalancana G.O.M I Satyalancana G.O.M II
Baris ke-5 Satyalancana G.O.M III Satyalancana G.O.M IV Satyalancana G.O.M VI
Baris ke-5 Satyalancana Sapta Marga First Rank of the Order of Military Merits with Great Star - Yugoslavia Commander of the Philippine Legion of Honor - Filipina

Lihat juga

  • Mohammad (Bob) Hasan
  • Abdul Haris Nasution
  • Soeharto

Referensi

  1. ^ "Gatot Subroto". Merdeka.com. profil.merdeka.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2017-10-21. Diakses tanggal 5 September 2015. ;
  2. ^ Dinas Sejarah TNI AD 1981, hlm. 501-502.
  3. ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 3 September 2021.

Catatan

Pranala luar

  • (Indonesia) Profil di TokohIndonesia.com Diarsipkan 2005-07-28 di Wayback Machine.
  • Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, vol. XIII
  • l
  • b
  • s
Indonesia Pahlawan Nasional Indonesia
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainul Arifin
Militer
Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Jamin Ginting  · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Mas Isman · Muhammad Yasin · Syam'un · Soedirman · Soekanto Tjokrodiatmodjo · Soeprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin  · Yos Sudarso · Djatikoesoemo · Moestopo
Kemerdekaan
Agustinus Adisoetjipto · Abdulrachman Saleh · Adisumarmo Wiryokusumo · Andi Djemma · Ario Soerjo · Bagindo Azizchan · Bernhard Wilhelm Lapian · Halim Perdanakusuma · Ignatius Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Muhammad Mangundiprojo · Robert Wolter Mongisidi · Sam Ratulangi · Soepeno · Sutomo (Bung Tomo) · Tahi Bonar Simatupang
Revolusi
Ahmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Donald Izaac Panjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiyono Mangunwiyoto · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo
Pergerakan
Abdurrahman Baswedan · Maria Walanda Maramis · dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo
Sastra
Abdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad
Seni
Ismail Marzuki · Usmar Ismail
Pendidikan
Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Ki Sarmidi Mangunsarkoro · Rubini Natawisastra · Sardjito · Soeharto Sastrosoeyoso
Integrasi
Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak
Pers
M. Tabrani · Roehana Koeddoes · Tirto Adhi Soerjo
Pembangunan
Moestopo · Pangeran Mohammad Noor · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes
Agama
As'ad Samsul Arifin · Abdul Chalim · Abdul Wahab Hasbullah  · Ahmad Dahlan · Ahmad Hanafiah · Ahmad Sanusi · Albertus Soegijapranata · Bagoes Hadikoesoemo · Fakhruddin · Haji Abdul Malik Karim Amrullah · Hasyim Asy'ari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Lafran Pane · Mas Mansoer · Masjkur · Mohammad Natsir · Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati · Wahid Hasjim
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Saifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gatot_Soebroto&oldid=27298159"
Kategori:
  • Kelahiran 1907
  • Kematian 1962
  • Meninggal usia 54
  • Pahlawan nasional Indonesia
  • Pahlawan Kemerdekaan Nasional
  • Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
  • Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro
  • Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana
  • Tokoh Jawa
  • Tokoh dari Kabupaten Banyumas
  • Penerima Bintang Mahaputera Utama
  • Penerima Bintang Gerilya
  • Penerima Bintang Sakti
  • Penerima Bintang Dharma
  • Penerima Bintang Sewindu APRI
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 10 Oktober
  • Tanggal kematian 11 Juni
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Mei 2025
  • Templat webarchive tautan wayback

Best Rank
More Recommended Articles