Abu Darda'
![]() |
![]() |
![]() | Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
![]() | |
Nama dalam bahasa asli | (ar) أبو الدرداء ![]() |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | 586 ![]() Madinah ![]() |
Kematian | 653 ![]() Damaskus ![]() |
Data pribadi | |
Agama | Islam ![]() |
Kegiatan | |
Pekerjaan | pedagang, Faqih, Qadi, pengkhotbah, muhaddith (en) ![]() ![]() |
Murid dari | Muhammad ![]() |
Murid | Ibnu Amir asy-Syami ![]() |
Konflik | Pertempuran Uhud dan Pertempuran Khandaq ![]() |
Keluarga | |
Pasangan nikah | Umm al-Darda (en) ![]() Umm Darda as Sughra (en) ![]() ![]() |
Anak | Bilal ibn Abi Darda (en) ![]() ( ![]() ![]() |
Abu Dardā al-Anṣhāri (Bahasa Arab:أبو الدرداء الأنصاري) adalah Sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Nama asli beliau adalah Uwaimir bin Amir, dari suku Khazraj. Ketika Rosulallah ﷺ dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, beliau dipersaudarakan dengan Salman Al Farisi ra. Beliau adalah saudagar kaya raya di Madinah. Beliau termasuk sahabat yang akhir masuk Islamnya, tetapi bagus ke Islamannya. Rosulallah bersabda tentang beliau, Uwaimir adalah hakîmul ummah (seorang yang sangat bijaksana).”[1]
Ketika mengenal Islam, beliau memilih untuk meninggalkan itu semua dan hidup sederhana. Beliau berharap agar perniagaan dan ibadah berjalan berirringan. Namun, beliau tidak mampu melaksanakan hal tersebut. Beliau berkata, "Aku menyatakan masuk Islam dihadapan Nabi ﷺ saat aku menjadi saudagar. Aku ingin agar ibadah dan perniagaanku dapat berjalan beriiringan, tetapi hal itu tidak berhasil. Aku pun mengabaikan perniagaan dan fokus beribadah."[2]
Beliau melanjutkan, "Aku tidak merasa gembira sedikitpun jika sekarang aku berjual beli dan beruntung setiap harinya tiga ratus dinar, sekalipun tokoku itu terletak di depan pintu masjid. Perlu dipahami bahwa aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa Allah mengharamkan jual beli. Hanya saja, secara pribadi aku lebih senang bila aku termasuk kedalam golongan orang yang perniagaan dan jual beli itu tidak melalaikan dari Dzikir kepada Allah".[2]
Karena setiap orang punya kecenderungan masing-masing dalam mendekatkan diri kepada Allah. Ada orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan hartanya, ada juga yang dengan ilmunya, atau ibadahnyma. [2]
Keislaman
Pada awalnya, Dia adalah Yahudi di Madinah. Kemudian setelah Ia mendengarkan dakwah Nabi Muhammad ﷺ, Dia memeluk Islam. Ia pernah ditawarkan oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk menjadi hakim di Suriah, tetapi ditolaknya. Kemudian Khalifah memintanya untuk mengajarkan Islam di Suriah.
Meski beliau termasuk sahabat yang akhir keilamannya, namun beliau adalah ulama sahabat dan penghafal Al-Qur'an. Anas bin malik ra berkata, "Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Alquran itu tidak dihafal kecuali oleh empat orang; Abu Darda, Mu’adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid.”[3]
Perjalanan Kehidupan Abu Darda' ra
Abu Darda' ra adalah sahabat yang memilih untuk hidup Zuhud, menjauhi dunia. Pernah suatu ketika beliau berdo'a, "Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari hati yang bercabang-cabang." diatanyakan kepadanya, "Apakah maksud hati yang bercabang-cabang itu wahai Abu Darda'? ia menjawab, "Memiliki Harta disetiap lembah". [2]
Beliau juga menyeru kepada para sahabatnya untuk meninggalkan kemewahan Dunia. Pernah beliau mengirim surat kepada sahabatanya:[2]
"Amma ba'd, tidak satu pun harta kekayaan dunia yang engkau miliki, melainkan sudah ada orang lain yang memilikinya sebelum dirimu, dan akan terus ada orang lain memilikinya setelah dirimu. Dunia yang engkau miliki sejatinya hanya sekedar yang telah kamu manfaatkan untuk dirimu. Karena itu, utamakanlah harta itu untuk anakmu di mana engkau mengumpulkan harta untuknya agar menjadi warisan baginya." [2]
"Sejatinya, engkau mengumpulkan harta itu untuk salah satu dari dua kemungkinan: (pertama) untuk anak yang saleh yang beramal dengan harta itu untuk menaati Allah, maka ia berbahagia dengan segala kepayahanmu mengumpulkan harta itu. Dan (kedua) untuk anak durhaka yang mempergunakan harta itu untuk maksiat, maka engkau lebih celaka lagi dengan harta yang telah kamu kumpulkan untuknya itu. percayakanlah nasib mereka kepada rezeki yang ada pada Allah dan selamatkan dirimu sendiri". [2]
Bahkan beliau menolak lamaran Yazid bin Muawiyah, Putra dari Muawiyah Ra sekaligus khalifah kaum muslimin saat itu untuk putrinya. Namun ketika yang datang pemuda yang miskin, tetapi sholeh, beliau malah menerimanya. Orang-orang pun bingung dengan sikap Abu Darda'. Abu Darda' pun menjelaskan alasannya, "Bagaimana opini kalian nanti tentang si Abu Darda' bila putrinya telah dikelilingi para pelayan dan terpedaya oleh kemewahan istana? dimana Letak agamanya waktu itu?". [2]
Abu Darda' pernah memberikan nasihat yang luar biasa, “Seandainya seseorang lari dari rezekinya sebagaimana dia lari dari kematian, pasti rezeki tersebut tetap mendapatkannya sebagaimana kematian tetap mendapatkannya.”[3]
Kisah Abu Darda ra' dan Salman Alfarisi ra
Salman al Farisi ra dipersaudarakan oleh Rosulallah ﷺ dengan Abu Darda' ra. Suatu Ketika, Salman mengunjungi Abu Darda. Ia lihat Ummu Darda tampil kusut. Ia berkata, ‘Bagaimana kondisimu’? Ummu Darda menjawab, ‘Saudaramu Abu Darda itu tak butuh lagi dengan dunia’. Lalu Abu Darda datang. Ia membuatkan makanan untuk Salman. Lalu Salman mengatakan, ‘Makanlah’! Abu Darda menjawab, ‘Aku sedang berpuasa’. Salman berkata, ‘Aku tak akan makan sampai kau juga ikut makan’.[3]
Abu Darda pun makan. Saat malam tiba, Abu Darda langsung bersiap untuk shalat malam. Kata Salman, ‘Tidurlah dulu’. Ia pun tidur. Beberapa saat kemudian ia bangun untuk shalat. Salman Kembali mengatakan, ‘Tidurlah’. Saat akhir malam, Salman berkata, ‘Sekarang shalatlah’. Lalu keduanya pun shalat. Setelah itu Salman berkata, ‘Sesungguhnya Rabmu memiliki hak atas dirimu. Dirimu juga memiliki hak atas dirimu sendiri. Demikian juga keluargamu memiliki hak atas dirimu. Berilah kepada setiap yang memiliki hak itu, haknya masing-masing’.[3]
Kemudian Abu Darda menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia menyebutkan apa yang diucapkan Salman. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari, ‘Salman benar’.” (HR Bukhori)[3]
Abu Darda' dan Umar bin Khattab ra
Dimasa Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra, Abu Darda' ditunjuk untuk menjadi Gubernur di Damaskus, namun beliau menolaknya. Beliau lebih memilih bergabung bersama masyarakat untuk mengajarkan mereka kitabullah. Abu Darda' ra berkata, "Jika kamu merasa senang jika aku mendatangi mereka untuk mengajarkan Kitab Tuhan mereka dan Sunah Nabi mereka ﷺ serta berdoa bersama mereka, maka aku akan pergi." Umar pun mengizinkannya pergi. [4]
Suatu ketika, Umar ra datang ke Damaskus untuk mengunjungi saudaranya Abu Darda' ra. Umar mendorong pintu rumahnya, ternyata tak terkunci. Ia masuk ke dalam rumahnya yang gelap. Ia meraba-raba hingga tahu posisi Abu Darda. Ia sentuh bantalnya. Ternyata bantalnya adalah pelana kuda. Ia pegang selimutnya. Ternyata kain yang tipis. Umar kemudian berkomentar, “Bukankah kondisi kita sekarang lapang? Maukah kuberi bantuan”? Maksud Umar, umat Islam sekarang berkecukupan tidak seperti di awal keislaman.[3]
Abu Darda menanggapi, “Ingatkah engkau sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”? Umar bertanya, “Hadits yang mana”? Abu Darda menjawab,[3]
ليكن بلاغ أحدكم من الدنيا كزاد الراكب
“Hendaknya perbekalan kalian di dunia ini seperti bekalnya para musafir.”[3]
Kata Umar, “Iya (aku mengingatnya)” Kata Abu Darda, “Lalu apa yang kita perbuat sepeninggal beliau, Umar”?. Keduanya pun menangis hingga waktu pagi tiba. [3]
Kematian
Abu Darda radhiallahu ‘anhu wafat di Damaskus pada tahun 32 H.[3] Abu Darda' dikuburkan di Kota Aleksandria.[5]
Referensi
- ^ majalah As-Sunnah. "Abu Darda Radhiyallahu Anhu Sahabat yang Zuhud dan Taat Beribadah". almanhaj.or.id. Diakses tanggal 25 april 2025.
- ^ a b c d e f g h Muhammad Khalid, Khalid (Januari 2018). Biografi 60 sahabat Nabi. Jakarta: Ummul Qura. hlm. 338–350. ISBN 9786029896886.
- ^ a b c d e f g h i j Hadi, Nurfitri (25 Agustus 2020). "Abu Darda, Orang Bijaknya Umat Ini". kisahmuslim.com. Diakses tanggal 25 April 2025.
- ^ Institute, Imam Ghazali. "Abu Darda: Sebuah Biografi". www.imamghazali.org. Diakses tanggal 25 April 2025.
- ^ Usmani, Ahmad Rofi' (Juni 2011). Hidayat, Yadi Saeful, ed. Dari Istana Topkapi hingga Eksotisme Masjid Al-Azhar: Menjelajah Pesona Istanbul, Kairo, Alexandria, dan Kota-Kota Lain di Turki dan Mesir. Bandung: Mizania. hlm. 107. ISBN 978-602-8236-98-0.