Zaid bin Haritsah
Zaid bin Haritsah | |
---|---|
![]() Kaligrafi nama Zaid bin Haritsah | |
Nama asal | زيد بن حارثة |
Lahir | ca 581 (47 sebelum hijrah) |
Meninggal | 629 (8 H, usia 48) |
Sebab meninggal | Syahid di Pertempuran Mu'tah |
Kebangsaan | Suku Quraisy Banu Kalb |
Dikenal atas | Disebutkan dalam Alquran |
Anak | Usamah |
Orang tua | Haritsah bin Syarahil |
Zaid bin Haritsah (bahasa Arab: زيد بن حارثة, lahir tahun 47 sebelum hijrah (ca 581) - mati 8 H (629, usia 48)) adalah sahabat Nabi Muhammad dan di antara pemeluk Islam yang paling awal dari kalangan bekas budak Nabi Muhammad.[1][2][3] Dia adalah satu-satunya sahabat Nabi yang disebutkan dalam Alquran secara eksplisit, yaitu di Surah al-Ahzab ayat 37.[4]
Biografi
Nama lengkapnya adalah Zaid bin Haritsah bin Syarahil (atau Syurahbil) bin Ka'ab bin Abdil-Uzza bin Yazid bin Imri’il-Qais bin Amir bin an-Nu‘man.[2] Ibunya bernama Su’da binti Tsalabah yang berasal dari daerah Thayy.[5]
Zaid bin Haritsah berasal dari Banu Kalb yang menghuni sebelah utara jazirah Arab.[6] Pada masa kecilnya, ia dibawa ibunya berkunjung ke keluarganya, dalam perjalanan ditangkap oleh sekelompok penjahat yang kemudian menjualnya sebagai seorang budak di pasar Ukaz Madinah.[5] Kemudian ia dibeli oleh Hakim bin Hizam keponakan dari Khadijah. Oleh Khadijah, ia diberikan kepada Nabi Muhammad yang kemudian memerdekakan Zaid bin Haritsah di usia 8 tahun.[5] Ia adalah salah satu orang yang pertama dalam memeluk agama Islam. Zaid menjadi sahabat serta pelayan yang setia Nabi Muhammad.[5]
Zaid pada awal Islam mendapat nisbah nama kepada Nabi, sehingga dia menamai dirinya Zaid bin Muhammad. Namun, Allah di kemudian hari menurunkan wahyu-Nya berupa Surah al-Ahzab ayat 5 yang menerangkan bahwa anak-anak angkat tetap harus dipanggil dengan nama ayah kandung mereka, bukan ayah angkatnya. Setelah itu, Zaid mengatakan, "Aku adalah Zaid bin Haritsah." Hal ini dianggap menurunkan Zaid dari derajat mulia yang disandangnya sebelumnya. Oleh karena itu, Allah memuliakan Zaid dengan menurunkan ayat di atas yang secara eksplisit menyebutkan namanya.[7]
Zaid bin Haritsah memiliki tampang dan perawakan yang biasa. Pendek dengan kulit cokelat kemerah-merahan, dan hidung agak pesek.[8] [butuh rujukan]Ketika dewasa, Nabi menikahkan Zaid dengan Zainab binti Jahsy. Namun karena ketidakcocokkan, mereka kemudian bercerai setelah Pertempuran Khandaq, lalu Zainab menikah dengan Nabi.[5] Setelah bercerai dari Zainab, Zaid menikahi Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu’ith. Namun, perkawinan ini pun tidak berlangsung lama. Zaid bercerai lagi. Setelah itu, ia menikahi Ummu Ayman. Dari pernikahan ini ia dikaruniai seorang putra, yaitu Usamah ibn Zaid.[5] Ia mengikuti hijrah ke Madinah serta mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam.[5]
Zaid termasuk sahabat yang mahir berkuda. la juga dikenal sebagai pemberani. Jika Nabi berperang, dia selalu mengangkat Zaid sebagai pemimpin salah satu pasukan. Siti Aisyah pernah berkata, “Tidaklah Rasulullah mengutus Zaid bin Haritsah dalam satu peperangan kecil kecuali dia mengangkatnya sebagai pemimpin pasukan. Seandainya dia masih ada, pasti dia akan meminta Zaid menggantikannya setelah dia wafat.” Zaid pernah memimpin pasukan dalam beberapa perang kecil (sariyah), di antaranya Pertempuran al-Hajum, Pertempuran al-Tharf, Pertempuran al-‘Ish dan Pertempuran Husma.[5]

Satuan perang Zaid bin Haritsah ke Al-Ish pada bulan Jumadil Ula 6 H, bersama 170 orang pengendara. Dalam peristiwa itu mereka bisa merampas kafilah dagang milik Quraisy yang dipimpin Abul Ash, menantu Nabi yang belakangan masuk Islam.[9]
Nabi mengutus Zaid bin Haritsah bersama 500 orang untuk pergi ke Judzam di belakang Wadil Qura'. Zaid melancarkan serangan gencar ke Judzam akibat sekelompok penduduknya merampok utusan Nabi yang bernama Dihyah al-Kalbi saat bertugas ke Damaskus. Zaid bertempur hebat, hingga akhirnya dia memperoleh kemenangan. Dia mendapatkan rampasan cukup banyak, berupa 1.000 ekor onta, 5.000 ekor domba, 100 tawanan wanita dan anak-anak.[9]
Zaid ditugaskan oleh Muhammad untuk membunuh seorang wanita tua bernama Ummu Qirfa, karena Ummu Qirfa merencanakan membunuh Muhammad dengan 30 pasukan yang dikumpulkannya, dimana sebelumnya pasukannya berhasil membunuh 9 dari 12 orang satuan Zaid bertugas memata-matai mereka di Wadil Qura.[9] Kaki wanita itu diikat ke dua unta, dan unta bergerak sampai tubuhnya dilepas.[10][11] Kepalanya yang terpenggal kemudian diarak di jalan-jalan Madinah.[12]
Kematian
Dalam Pertempuran Mu'tah, Zaid dipilih sebagai salah satu dari panglima perang dan mati dalam pertempuran ini.[13] Nabi berkata, “Kalian harus menaati Zaid bin Haritsah, jika terjadi sesuatu pada Zaid maka taatilah Ja‘far bin Abu Thalib, jika rerjadi sesuatu pada Ja‘far maka taatilah Abdullah bin Ruwahah.”[5] Ia terbunuh dengan tombak pasukan Romawi Bizantium pada 8 H di usia 55 tahun.[14]
Namanya dalam Alquran
Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah," sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi. | وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَاهُ ۖ فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا ![]() | |
—QS al-Ahzab ayat 37. Terjemahan Departemen Agama RI. |
Keistimewaan Zaid Bin Haritsah
Berikut di antara keistimewaan Zaid bin Haritsah:
- Satu-satunya sahabat yang namanya termaktub dalam Al-Qur'an. Allah berfirman: Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi (AL Ahzab: 37)[8]
- Termasuk kedalam golongan assabiqunal Awwalun, atau kelompok yang pertama kali masuk Islam, bahkan termasuk orang kedua setelah khadijah yang masuk kedalam Islam.[8]
- Dipilih Muhammad sebagai panglima perang Mut'ah. Bahkan Aisyah berkata, "Setiap Rosulallah sholallahu alaihi wasallam mengirimkan suatu pasukan yang disertai Zaid, ia selalu diangkat Nabi jadi pemimpinnya. Seandainya ia masih hidup sesudah Rosulallah sholallahu alaihi wasallam, tentula ia akan diangkatnya sebagai Khalifah".[8]
- DIjuluki sebagai sahabat kesayangan Muhammad.[8]
- Merupakan Anak angkat Muhammad. Muhammad bersabda, "Saksikanlah oleh kalian semua, bahwa mulai saat ini, Zaid adalah anakku yang akan menjadi ahli warisku dan aku menjadi ahli warisnya". Meskipun dalam hal waris mewarisi ini di luruskan oleh Allah azza wajalla dalam surah Al Ahzab: 4, bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung. Tetap hal ini semakin menunjukkan kemuliaan Zaid bin Haritsah.[8]
Lihat pula
Catatan dan referensi
Kutipan
- ^ Al-Mishri (2015), hlm. 337-339.
- ^ a b Adz-Dzahabi (2006), hlm. 140.
- ^ Ibn Sa'ad (1990), hlm. 34.
- ^ Adz-Dzahabi (2006), hlm. 141.
- ^ a b c d e f g h i Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman, hal.914. ISBN 978-979-024-295-1
- ^ Ṭabarī,?-923 (1985-<c1999>). The history of al-Ṭabarī = Taʼrīkh al-rusul wa'l mulūk. Albany: State University of New York. ISBN 978-0-7914-7249-1. OCLC 16405344. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
- ^ Al-Mishri 2015, hlm. 330.
- ^ a b c d e f Muhammad Khalid, Khalid (Robiul Akhir, 1439 H). Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura. hlm. 264–273. ISBN 9786029896886. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ a b c Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
- ^ The History of Al-Tabari: the Victory of Islam. trans. Michael Fishbein. SUNYP. 1997. hlm. 95–97. Pemeliharaan CS1: Lain-lain (link)
- ^ The Muslim Empire and the Land of Gold, p.287, Rodney J. Phillips, Strategic book publishing
- ^ Al-Jamal, Khalkl Abd al-Karim Manshurat. Al-Nass Al-Muasas wa Mujtamauhu. hlm. 174.
- ^ Nasution, Syamruddin (2013). Sejarah Peradaban Islam (PDF). Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau. hlm. 52. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-270-8
Daftar ayat Alquran
- Surah al-Ahzab [33] ayat 37
Daftar pustaka
- Adz-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz (2006). Siyar A‘lām al-Nubalā’ (dalam bahasa Arab). Vol. Jilid 3. Kairo: Dar al-Hadits. Diarsipkan dari asli tanggal 2017-08-16. Diakses tanggal 2017-08-16. ;
- Al-Mishri, Mahmud (2015). Muhammad Ali, Lc. (ed.). Ensiklopedi Sahabat: Biografi Profil Teladan 104 Sahabat Nabi Generasi Terbaik Umat Islam Sepanjang Sejarah. Vol. Jilid 2. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN 978-602-9183-91-7.
- Ibn Sa'ad, Abu Abdillah Muhammad (1990). Muhammad Abdul-Qadir Atha (ed.). Al-Ṭabaqāt al-Kubrā (dalam bahasa Arab). Vol. Jilid 3. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. Diarsipkan dari asli tanggal 2017-07-20. Diakses tanggal 2017-08-24. ;