Shuhaib ar-Rumi
![]() ![]() | |
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 587 ![]() Irak (Kekaisaran Sasaniyah) ![]() |
Kematian | 1r Maret 659 ![]() Madinah (Kekhalifahan Rasyidin) ![]() |
Tempat pemakaman | Jannatul Baqi ![]() |
Data pribadi | |
Agama | Islam ![]() |
Kegiatan | |
Spesialisasi | Army of Mohammad (en) ![]() ![]() |
Pekerjaan | pedagang, prajurit, imam ![]() |
Konflik | Daftar ekspedisi Muhammad dan Pertempuran Badar ![]() |
Shuhaib bin Sinan ar-Rumi (bahasa Arab: صهيب بن سنان الرومي, lahir 587 M), atau lebih dikenal Shuhaib ar-Rumi,[1] adalah mantan budak dari Kerajaan Byzantium yang menjadi sahabat nabi dan sebagai salah satu dari pemeluk Islam pertama. Ayahnya, Sinan yang berasal dari Bani Tamim, adalah seorang hakim di Ubullah, Persia.[2] Ibunya bernama Salma binti Qa'id.[3] Dia mendapat nisbat "ar-Rumi" karena lama menetap di negeri Romawi.[2] Kunyahnya adalah Abu Yahya.[4]
Kehidupan
Suhaib sebenarnya orang Arab, ayahnya gubernur di Irak yang saat itu wilayah Persia (Ubullah), tetapi saat masih kecil desanya diserang Romawi dan dia diambil dijadikan budak sampai dewasa di Romawi Timur (Bizantium). Ayahnya Sinan sampai hilang ingatan karena sedih kehilangan Shuhaib.[3]
Suatu hari, Shuhaib mendengar pembicaraan antara majikannya dengan seorang dukun. Dukun itu berkara, “Di jazirah Arab telah muncul seorang nabi dimana kitab terdahulu telah meberitakan kedatangannya.” Pembicaraan itu menarik perhatian Shuhaib dan mendorong keinginannya untuk melarikan diri. la sangat ingin menjumpai nabi yang telah diwartakan kedatangannya dalam kitab terdahulu. Setelah 20 tahun menjadi budak Suhaib bisa melarikan diri ke Mekkah.[3]
Shuhaib Menjadi Muslim
Selama di Mekah, Shuhaib pelan-pelan mulai berdagang dari berdagang skala kecil hingga sukses. Lalu Shuhaib menemukan keberadaan Nabi yang beritanya ia dengar dahulu.
Shuhaib bin Sinan dan Ammar bin Yasir masuk Islam pada waktu yang sama. Ketika itu mereka bertemu di depan rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam, tempat Nabi Muhammad mengajarkan Islam kepada para sahabatnya. Saat bertemu Ibnu Sinan, Amar bertanya, “Apa yang kaulakukan di sini?”
Shuhaib justru balik bertanya, “Kau sendiri, apa tujuankmu ke sini? Ammar menjawab, “Aku ingin masuk ke tempat Muhammad dan mendengar perkataannya.”
Shuhaib berkata, “Aku pun sama.” Keduanya memasuki rumah itu dan Nabi berkenan menerima mereka serta menjelaskan kepada mereka ajaran Islam.[3] Mereka masuk Islam setelah lebih 30 orang berislam.
Awalnya Shuhaib menyembunyikan keislamannya, namun tak lama diketahui juga oleh kaum Quraisy Mekah sehingga ia ikut mendapatkan tindakan keras. Sampai akhirnya Nabi perintahkan hijrah ke Madinah, ia pun segera berangkat.
Saat Shuhaib hendak berangkat hijrah ke Madinah, sekeiompok Quraisy mengikutinya diam-diam. TKetika di tempat yang sepi, orang-orang Quraisy itu mencegat dan mengepung Shuhaib. Namun keinginannya untuk hijrah ke Yatsrib tak tergoyahkan oleh gangguan apa pun. Karena itu, ketika kaum Quraisy menghadangnya, ia berlari dan naik ke tempat yang lebih tinggi lalu mempersiapkan busur dan anak panahnya. la arahkan panahnya kepada para pengejarnya, lalu berteriak keras, “Hai kaum Quraisy, kalian pasti tahu, aku adalah orang yang sangat mahir memanah. Aku dikenal sebagai pemanah yang paling jitu. Anak panahku tak pernah meleset. Demi Allah, jika kalian memaksa mendekatiku, kalian tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali hujan anak panahku. Jika anak panahku habis, aku akan hancurkan kalian dengan pedangku. Aku tidak akan pernah menyerah selama tanganku masih memegang senjata.”
Melihat bahwa kaum Quraisy itu tidak gentar dengan ancaman anak panahnya, Shuhaib berkata, “Bagaimana jika kuserahkan seluruh hartaku kepada kalian? Apakah kalian akan meinbiarkanku pergi?”
Rupanya penawaran itulah yang dinanti-natikan kaum musyrik Qurasiy sehingga mereka setuju melepaskan Shuhaib.[3]
Saat Shuhaib tiba di Quba, pinggiran Yastrib (Madinah). Di tempat itulah ia bertemu dengan Nabi. Ketika keduanya berjumpa, Nabi berkata kepadanya dengan wajah gembira, “Perniagaan yang beruntung wahai Abu Yahya, sungguh perniagaan yang menguntungkan.”
Shuhaib tampak terkejut mendengar ucapan Nabi, namun ia segera menyahut dengan nada yang ceria, “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak pernah menceritakan masalah yang kuhadapi di perjalanan kepada seorang pun. Engkau pastimengetahuinya dari Malaikat Jibril.”[3] Peristiwa ini direkam dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 207:
"Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirmya karena mencari rida Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."
Shuhaib ar-Rumi adalah veteran Perang Badar, Perang Uhud, Khandak dan lainnya bersama Nabi.[5] Shuhaib adalah pejabat sementara khalifah saat Umar bin Khathab terbunuh dan Ustman bin Affan belum diangkat menjadi khalifah. Umar pernah berkata kepadanya, “Aku lihat kau banyak memberi dan kadang-kadang berlebihan.” Shuhaib menjawab, “Aku mendengar Nabi berkata, ‘Sebaik-baik kamu adalah yang mau memberi makanan."[3]
Kulitn Shuhaib kemerahan, rambutnya lebat, postur tubuhnya tidak sedang meskipun terlihat agak pendek, dan logat bicaranya masih melekat dengan logat Romawi.[3]
Kematian
Suhaib meninggal di Madinah pada bulan Syawal 38 H dengan usia 70 tahun lebih.[6]
Keistimewaan Shuhaib bin Sinan Ar Rumi
Berikut adalah di antara keistimewaan dari Shuhaib bin Sinan Ar Rumi:
- Termasuk kedalam assabiqunal Awwalun, atau sekelompok orang yang masuk Islam pertama kali[7]
- Memiliki semangat dan tekad besar dalam memperjuangkan dan membela agama Islam. Beliau berkata, "Tiada suatu perjuangan bersenjata yang diterjuni Rosulallah sholallahualahi wasallam, kecuali aku menyertainya. Tiada suatu baiat yang dijalaninya, kecuali tentulah aku menghadirinya. Tiada suatu pasukan bersenjata yang dikirimnya, kecuali aku termasuk dalam rombongannya. Tidak pernah beliau sholallahu alaihi wasallam bertempur, baik pada masa-masa pertama Islam, atau pada masa-masa akhir, kecuali aku berada di sebelah kanan atau disebelah kirinya. Dan kalau ada sesuatu yang dikhawatirkan kaum muslimin di hadapan mereka, pasti aku menyerbu paling depan. demikian pula bila ada yang dicemaskan dibelakang mereka, pasti aku mundur ke belakang. Aku tidak sudi sama sekali membiarkan Rosulallah berada dalam jangkauan musuh sampai ia kembali menemui Allah.[7]
- Melakukan jual Beli Yang menguntungkan, yang dipuji oleh Allah dan Rosul-Nya. Namun ini bukan soal jual beli harta dunia, tetapi ini tentang bagaimana Shuhaib rela menukarkan Hartanya untuk bisa berhijrah dijalan Allah. Dikisahkan, suatu ketika Suhaib berhijrah namun diburu oleh Sekelompok kaum kafir Quraisy. Hingga ketika jarak orang Kafir itu telah dekat dengan Suhaib, suhaib berkata pada mereka, "Kalian tahu aku adalah pemanah ulung, Demi Allah kalian tidak bisa mendekatiku sebelum aku melepaskan semua anak panah yang ada dikantongku, setelah itu aku akan menggunakan pedang untuk menebas kalian, sampai senjataku habis semua. Nah, sini majulah jika kalian berani. Akan Tetapi jika kalian setuju, saya akan tunjukkan tempat penyimpanan harta bendaku, asal saja kalian membiarkan aku pergi". Orang-orang kafir itu tertarik dan berkata, "Dulu engkau datang kepada kami dengan tanpa membawa apapun, sekarang hartamu menjadi banyak ditengah-tengah kami hingga melimpah ruah. Dan Sekarang engkau akan pergi dengan membawa jiwa dan harta kekayaanmu? Sudah seharusnya harta itu menjadi milik kami. Maka diberitahukanlah tempat penyimpanan Harta itu demi bisa berhijrah dengan selamat tanpa gangguan. Maka Sikap Shuhaib itupun dipuji oleh Rosulallah sholallahualaihi wasallam, ketika beliau melihat Shuhaib baru sampai dari perjalana Hijrah "Sungguh Menguntungkan jual beli Abu Yahya, Betapa menguntungkan JUal belinya". Ketika itu Allah juga menurukan Ayat-Nya yang mulia: "Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridho'an Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada Hamba-Hamba-Nya. (QS AL Baqarah: 207)[7]
- Sangat dermawan. Bahkan beliau pernah dinasihati oleh Umar bin Khattab, "Aku melihatmu mendermakan makanan hingga melewati batas." Shuhaib menjawab, "Itu karena aku pernah mendengar Rosulallah bersabda: "Oranng yang terbaik di antara kalan adalah yang suka memberi makanan".[7]
- Dipilih AMirul Mukminin Umar bin Khathab untuk menjadi Imam Sholat kaum muslimin.[7]
Referensi
Kutipan
- ^ Lihat Ensiklopedi Sahabat urutan 11.
- ^ a b Al-Mishri 2015, hlm. 487.
- ^ a b c d e f g h Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman. ISBN 978-979-024-295-1
- ^ Al-Mishri 2015, hlm. 496.
- ^ Al-Mishri 2015, hlm. 494.
- ^ Al-Mishri 2015, hlm. 498.
- ^ a b c d e Muhammad Khalid, Khalid (Robiul AKhir, 1439 H). Biografi 60 Sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Quro. hlm. 138–144. ISBN 9786029896886. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
Daftar pustaka
- Al-Mishri, Mahmud (2015). Muhammad Ali, Lc (ed.). Ensiklopedi Sahabat: Biografi dan Profil Teladan 104 Sahabat Nabi SAW Generasi Terbaik Umat Islam Sepanjang Masa (Jilid I). Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN 978-602-9183-90-0.