More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Amr bin al-Jamuh - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Amr bin al-Jamuh - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Amr bin al-Jamuh

  • العربية
  • English
  • Bahasa Melayu
  • Русский
  • Shqip
  • اردو
  • Oʻzbekcha / ўзбекча
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Amru bin al-Jamuh (Arab: عمرو بن الجموح) (lahir 540 M) adalah sahabat Nabi Muhammad, ia meninggal 3 H / 625 M pada saat Perang Uhud.[1] Ia seorang dermawan dan berkulit hitam.[2]

Biografi

[sunting | sunting sumber]

Amru bin al-Jamuh adalah seorang pemimpin terkemuka di Madinah dan tokoh terpandang yang berasal dari Bani Salamah, dari kaum Anshar dan dikenal sebagai salah seorang pemimpin dalam kaumnya.[2] Ia merupakan saudara ipar dari Abdullah bin Amru bin Haram karena menikahi Hindun binti Amru, saudari Abdullah.[3]

Pada awalnya ia tidak memeluk agama Islam, ia sangat mempercayai berhala-berhala yang disembahnya. Sejak kedatangan Mus'ab bin Umair banyak dari orang Madinah memeluk Islam tak terkecuali tiga orang anaknya, Mu'awadz, Muadz dan Khalid, serta sahabat sebaya mereka yang bernama Muadz bin Jabal. Mereka Anshar yang mengikuti Bai'at Aqabah.[3]

Ibu mereka pun yang bernama Hindun, turut serta memeluk Islam atas ajakan Mus'ab. Meski demikian, Amru tidak mengetahui tentang keimanan yang telah dianut oleh mereka. Ketiga anak-anaknya sangat menginginkan ayahnya untuk segera memeluk Islam, maka dibuat rencana untuk membuat Amr bin Jamuh memeluk Islam.[2]

Anak-anak dari Amr bin Jamuh bersama teman sebayanya Muadz bin Jabal pada suatu malam memindahkan berhala yang disembahnya ke tempat sampah. Keesokan harinya, Amru sangat marah ketika mendapati patung tersebut hilang. Setelah mencarinya, ia menemukan Manaf teronggok di dalam tempat sampah. Dia pun marah besar dan berkata: "celaka kalian siapa yang menyerang Tuhan Tuhan kita tadi malam".[3]

Ia kemudian mengambil patung itu dan memandikannya, membersihkannya, bahkan meminyakinya dengan wangi-wangian. Namun, kejadian ini terus berulang selama beberapa malam. Amru tetap mengangkat dan membersihkan patung itu setiap kali ditemukan di tempat yang hina.

Kejadian ini pemindahan berhala terjadi berulang-ulang, hingga membuat Amr bin Jamuh kesal. Ia pun akhirnya ia mengambil pedangnya dan mengalungkan di leher Manaf dan bertanya kepada berhalanya.

"Apabila kamu memang berkuasa maka belalah dirimu sendiri, akan Aku persenjatai dengan pedang?"

Hingga pada suatu malam, patung Manaf ditemukan dalam keadaan lebih mengenaskan—terikat bersama bangkai seekor anjing. Saat itulah kemarahan dan kegalauan Amru mencapai puncaknya. Beberapa tokoh Madinah yang telah masuk Islam pun datang menemuinya. Mereka mengajak Amru berpikir secara logis dan membimbingnya untuk merenungi bahwa Ilah (Tuhan) yang sejati bukanlah patung mati yang bahkan tak bisa membela dirinya sendiri.

Mereka juga mengingatkan tentang Muhammad yang dikenal karena kejujurannya, serta tentang Islam yang datang sebagai petunjuk untuk membebaskan manusia dari belenggu syirik dan kebodohan. Kata-kata mereka menembus hati Amru. Ia pun segera membersihkan diri, berdandan rapi, dan datang menghadap Muhammad untuk menyatakan keislamannya.

Setelah Masuk Islam

[sunting | sunting sumber]

Setelah memeluk Islam, sifat dermawan dan pemurah Amru semakin bersinar. Ia membaktikan seluruh hartanya demi kemajuan Islam dan kaum Muslimin. Muhammad pernah bertanya kepada kaum Bani Salamah, "Siapa pemuka kalian, wahai Bani Salamah?" Mereka menjawab, “Al-Jadd bin Qais, tetapi dia pelit.” Maka Nabi bersabda, “Penyakit apa yang lebih buruk daripada pelit! Pemuka kalian yang sebenarnya adalah Al-Jadd Al-Abyadh: Amru bin Al-Jamuh.”

Kesaksian dari Muhammad ini merupakan penghargaan luar biasa bagi Amru. Seorang penyair Anshar pernah berkata:

"Beliau angkat Amru bin Al-Jamuh sebagai pemimpin karena kedermawanannya,

Dan pantaslah ia menjadi pemimpin dengan segala kebaikannya.

Jika ada yang meminta kepadanya, ia habiskan hartanya,

Sambil berkata, ‘Ambillah, karena ia akan kembali esok hari.’”

Namun, pengabdian Amru tidak hanya terbatas pada harta. Ia juga sangat ingin mempersembahkan jiwanya di jalan Allah. Meski ia memiliki cacat pada kakinya, semangat jihad dalam dirinya membara. Ia memiliki empat orang putra yang semuanya turut serta dalam jihad bersama Muhammad. Ketika Perang Badar hendak dimulai, ia memohon izin untuk ikut, tetapi Muhammad, atas permintaan anak-anaknya, menyarankan agar ia tetap tinggal karena ketidakmampuannya secara fisik.

Kematian

[sunting | sunting sumber]
Formasi Pertempuran Uhud.

Dalam Pertempuran Uhud, ia ia kembali memohon kepada Nabi Muhammad agar diizinkan ikut berperang seraya berkata, “Wahai Rasulullah, anak-anakku berusaha menahanku untuk tidak ikut berperang bersamamu. Demi Allah, aku berharap dapat menginjakkan kaki pincangku ini di surga.” Mendengar keikhlasannya, Muhammad pun akhirnya mengizinkannya.[3]

Dalam pertempuran ini, ia diizinkan berperang untuk keinginannya memperoleh mati syahid. Sebelumnya ia memang berdoa agar dalam pertempuran ini ia dapat memperoleh mati syahid dan tidak dikembalikan kepada keluarganya. “Ya Allah, karuniakanlah kesyahidan kepadaku, jangan Engkau kembalikan aku kepada keluargaku dalam keadaan sia-sia."[2]

Dalam pertempuran yang sengit di Uhud, Amru bin Al-Jamuh bertempur bersama anak-anaknya. Ia maju ke medan laga dengan tertatih, tetapi setiap langkah pincangnya seolah diiringi satu tebasan yang menjatuhkan musuh.[3] Diakhir pertempuran, ia memperoleh mati syahid. Ia dimakamkan dalam satu kuburan dengan Abdullah bin Amr bin Haram, karena keduanya adalah sahabat dekat.

Istrinya, Hindun bint Amr (bibi Jabir ibn Abdullah) datang untuk mengambil jenazah suaminya dan jenazah saudaranya, Abdullah bin Amr bin Haram. Atas perintah Nabi jenazah Amr bin al-Jamuh dan jenazah Abdullah bin Amr dimakamkan dalam satu liang lahat. Beliau berkata, “Kuburlah mereka berdua dalam satu kuburan! Sungguh keduanya saling mencintai dan bersahabat di dunia. Demi Zat yang menguasai jiwaku,sungguh aku telah melihatnya menjejakkan kaki pincangnya disurga."[2]

Jasadnya Utuh

[sunting | sunting sumber]
Pemakaman Uhud di depan Bukit Uhud

Empat puluh enam tahun kemudian, ketika terjadi banjir besar yang merusak lokasi pemakaman para syuhada Uhud, jasad keduanya digali untuk dipindahkan. Betapa terkejutnya para sahabat saat menyaksikan tubuh mereka masih utuh, seperti orang yang sedang tidur, tidak berubah sedikit pun meski telah terkubur puluhan tahun.[3] Jabir bin Abdullah, putra dari Abdullah bin Amru, menyaksikan langsung jasad ayahnya dan jasad Amru bin Al-Jamuh, suami dari bibinya. Keduanya masih dalam keadaan tersenyum, seakan baru saja dipanggil Allah dalam keadaan ridha dan diridhai.[3]

Kisah Amru bin Al-Jamuh menjadi bukti bahwa petunjuk Allah dapat menyinari siapa saja, kapan saja. Meski semula tenggelam dalam tradisi syirik, ia bangkit menjadi sahabat mulia yang mewakafkan seluruh hidupnya untuk Islam. Dari tangan, harta, hingga nyawanya—semua ia persembahkan untuk Rabbul ‘Alamin.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Pertempuran Uhud

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Amr ibn al-Jamuh". Diarsipkan dari asli tanggal 2009-03-28. Diakses tanggal 2009-09-25.
  2. ^ a b c d e Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman. ISBN 978-979-024-295-1
  3. ^ a b c d e f g h Khalid, Muhammad Khalid (2018). BIOGRAFI 60 SAHABAT NABI ﷺ. Solo: Insan Kamil. ISBN 978-979-1296-60-1. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • l
  • b
  • s
Daftar Sahabat Nabi Islam Muhammad
Abbad bin Bisyr · Abbas bin Abdul-Muththalib · Abdullah bin Abbas · Abdullah bin Abdul-Asad · Abdullah bin Abdullah bin Ubay · Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi · Abdullah bin Ja'far · Abdullah bin Mas'ud · Abdullah bin Rawahah · Abdullah bin Salam · Abdullah bin Umar · Abdullah bin Ummi-Maktum · Abdullah bin Zubair · Abdurrahman bin Abi Bakar · Abdurrahman bin Auf · Abu Ayyub al-Anshari · Abu Bakar · Abu Dujanah · Abu Dzar Al-Ghifari · Abu Hudzaifah bin al-Mughirah · Abu Hurairah · Abu Lubabah bin Abdul-Mundzir · Abu Martsad al-Ghanawi · Abu Musa Al-Asy'ari · Abu Qatadah · Abu Sufyan · Abu Sufyan bin Harits · Abu Thalhah al-Anshari · Abu Ubaidah bin al-Jarrah · Abu al-Aas bin al-Rabi' · Abu Darda · Abu Hudzaifah bin Utbah · Abu Sa'id al-Khudri · Attab bin Usaid · Al-Ala'a bin al-Hadhrami · Al-Barra' bin Malik · Al-Harits bin Hisyam · Al-Nahdiah · Ali bin Abi Thalib · Amir bin Abi Waqqas · Amir bin Fuhairah · Amru bin al-Jamuh · Amru bin Tsabit · Ammar bin Yasir · Amru bin Ash · An-Nu'man bin Muqarrin · An-Nu'man bin Malik · Anas bin Malik · Aqil bin Abu Thalib · Arfajah al-Bariqi · Aus bin ash-Shamit · Basyir bin Sa'ad · Bilal bin Rabah · Bilal bin al-Harits · Al-Fadhl bin al-Abbas · Fatimah binti Asad · Fatimah binti Hizam · Fairuz ad-Dailami · Ghaurats bin Harits · Habbab bin Mundzir · Habibah binti Ubaidillah · Hakim bin Hazm · Halimah As-Sa'diyah · Hamzah bin Abdul-Muththalib · Hanzhalah bin Abi Amir · Haritsah binti al-Muammil · Hasan bin Ali · Hatib bin Abi Baitah · Hisyam bin al-Ash · Hudzaifah bin al-Yaman · Hujr bin Adi · Husain bin Ali · Ikrimah bin Abu Jahal · Ja'far bin Abi Thalib · Jarir bin Abdullah al-Bajali · Julaybib · Khabbab bin al-Arat · Khadijah binti Khuwailid · Khalid bin Sa`id · Khalid bin Walid · Khawlah binti Tsa'labah · Khubaib bin Adi · Khunais bin Hudzafah · Khuzaimah bin Tsabit · Khawlah binti Hakim · Layla binti al-Minhal · Lubabah binti al-Harith · Lubaynah · Malik bin Nuwairah · Marwan bin al-Hakam · Miqdad bin Amr · Mua'dz bin Jabal · Muawiyah bin Abu Sufyan · Muhammad bin Maslamah · Mughirah bin Syu'bah · Mush'ab bin Umair · Qatadah bin an-Nu'man · Qudamah bin Mazh'un · Rabi'ah bin Umayyah · Rabi'ah bin Harits · Rukanah al-Mutthalibi · Sa'ad bin ar-Rabi' · Sa'ad bin Abi Waqqas · Sa'ad bin Mu'adz · Sa'ad bin Ubadah · Saffiyah binti Abdul-Muththalib · Sa’id bin Al-Ash · Sa'id bin Amir al-Jumahi · Sa'id bin Zaid · Salim Maula Abi Hudzaifah · Salman al-Farisi · Shuhaib ar-Rumi · Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi · Sufyan bin 'Auf · Sumayyah binti Khayyat · Syaibah bin 'Utsman · Tamim ad-Dari · Thalhah bin Ubaidillah · Thariq bin Syihab · Thulaib bin Umair · Tsuwaibah · Tsumamah bin Utsal · Ubadah bin ash-Shamit · Ubadah bin Al-Khasykhasy · Ubaidah bin al-Harits · Ubay bin Ka'ab · Umamah binti Zainab · Umar bin Khattab · Ummi Hani · Ummi Kultsum binti Ali · Ummi Kultsum binti Jarwila Khuzima · Ummi Syarik · Ummi Ubays · Uqbah bin Amir · Urwah bin Mas'ud · Usamah bin Zaid · Usaid bin Hudhair · Utbah bin Ghazwan · Utsman bin Affan · Utsman bin Mazh'un · Utsman bin Hunaif · Wahab bin Umair · Wahab bin Sa'ad · Wahsyi bin Harb · Yazid bin Abu Sufyan · Zaid bin Arqam · Zaid bin Haritsah · Zaid bin Tsabit · Zainab binti Ali · Zubair bin Awwam · Zunirah al-Rumiyah


Ikon rintisan

Artikel bertopik Sahabat dari Nabi Islam Muhammad ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amr_bin_al-Jamuh&oldid=27628168"
Kategori:
  • Sahabat Nabi
  • Syuhada
  • Kematian 625
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Pages using navbox columns without the first column
  • Tokoh yang tahun kelahirannya tidak diketahui (orang hidup)
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Agustus 2025
  • Semua artikel rintisan
  • Rintisan biografi sahabat Nabi
  • Rintisan biografi tokoh Islam
  • Semua artikel rintisan Agustus 2025
  • Rintisan biografi Agustus 2025

Best Rank
More Recommended Articles