More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Pembela Tanah Air - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pembela Tanah Air - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pembela Tanah Air

  • العربية
  • English
  • فارسی
  • Français
  • Italiano
  • 日本語
  • 한국어
  • Bahasa Melayu
  • Nederlands
  • Polski
  • Русский
  • Türkçe
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari PETA)
Untuk kegunaan lain, lihat Peta (disambiguasi).
Pembela Tanah Air
郷土防衛義勇軍
Warna yang digunakan oleh batalyon PETA
Aktif3 Oktober 1943–15 Agustus 1945
NegaraHindia Belanda dan Malaya Inggris
Aliansi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang
Tipe unitInfanteri
PeranMempertahankan Hindia Belanda yang diduduki Jepang dan Malaya Inggris dari invasi Sekutu
Jumlah personel66 Batalyon di Jawa, 3 Batalyon di Bali, ca 20.000 orang di Sumatra, ca 2.000 orang di Malaya
JulukanPETA
Warna panji  Ungu,   Hijau,   Merah, &   Putih
Himne"Mars Tentara Pembela" Playⓘ
PertempuranPemberontakan PETA Blitar
Bagian dari seri mengenai
Sejarah Indonesia
Prasejarah
Manusia Jawa 1.000.000 BP
Manusia Flores 94.000–12.000 BP
Bencana alam Toba 75.000 BP
Kebudayaan Buni 400 SM
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Kutai 400–1635
Kerajaan Kalingga 424–782
Tarumanagara 450–900
Kerajaan Melayu 671–1347
Sriwijaya 671–1028
Kerajaan Sunda 662–1579
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Bima 709–1621
Mataram Kuno 716–1016
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Kahuripan 1019–1046
Kerajaan Janggala 1042–1135
Kerajaan Kadiri 1042–1222
Kerajaan Singasari 1222–1292
Majapahit 1293–1478
Kerajaan Islam
Lihat: Penyebaran Islam di Nusantara
Kesultanan Peureulak 840–1292
Kerajaan Haru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kesultanan Bone 1300–1905
Kerajaan Kaimana 1309–1963
Kesultanan Gowa 1320–sekarang
Kesultanan Limboto 1330–1863
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888, sekarang Brunei
Kesultanan Gorontalo 1385–1878
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1445–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kerajaan Giri 1481–1680
Kesultanan Bolango 1482–1862
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kerajaan Balanipa 1511–sekarang
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Banjar 1526–sekarang
Kerajaan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Johor 1528–1877
Kesultanan Pajang 1568–1586
Kesultanan Mataram 1586–1755
Kerajaan Fatagar 1600–1963
Kesultanan Jambi 1615–1904
Kesultanan Bima 1620–1958
Kesultanan Palembang 1659–1823
Kesultanan Sumbawa 1674–1958
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kesultanan Siak 1723–1945
Kesunanan Surakarta 1745–sekarang
Kesultanan Yogyakarta 1755–sekarang
Kesultanan Kacirebonan 1808–1815
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Lingga 1824–1911
Negara lainnya
Lihat: Kerajaan-kerajaan Kristen di Nusantara
Kerajaan Soya 1200–sekarang
Kerajaan Bolaang Mongondow 1320–1950
Kerajaan Manado 1500–1670
Kerajaan Siau 1510–1956
Kerajaan Larantuka 1515–1962
Kerajaan Sikka
Kerajaan Tagulandang 1570–1942
Kerajaan Manganitu 1600–1944
Republik Lanfang 1777–1884
Kerajaan Lore 1903–sekarang
Kolonialisme Eropa
Portugis 1512–1850
VOC 1602–1800
Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda 1800–1949
Munculnya Indonesia
Kebangkitan Nasional 1908–1942
Pendudukan Jepang 1942–1945
Revolusi Nasional 1945–1949
Republik Indonesia
Awal Kemerdekaan 1945–1949
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi Liberal 1950–1959
Demokrasi Terpimpin 1959–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Menurut topik
  • Arkeologi
  • Mata uang
  • Ekonomi
  • Militer
Garis waktu
 Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Jepang: 郷土防衛義勇軍code: ja is deprecated , Hepburn: Kyōdo Bōei Giyūgun) atau Pembela Tanah Air (PETA) adalah satuan paramiliter yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima Angkatan Darat ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di Bogor.

Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Jenderal Besar TNI Soeharto dan Jenderal Besar TNI Soedirman. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, mulai dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.

Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Awal pembentukan

[sunting | sunting sumber]

Setelah Jepang menguasai Hindia Belanda, pemerintahan militer Jepang mulai membentuk berbagai organisasi bagi rakyat Indonesia untuk kebutuhan pendudukan dan kebutuhan perang Jepang di Perang Pasifik. Akan tetapi, Jepang tidak membuka perekrutan untuk personel militer, kecuali dengan kapasitas yang sangat terbatas seperti Heiho. Meski begitu, niat untuk membentuk satuan militer yang terdiri dari penduduk lokal sudah ada sejak awal pendudukan. Letnan Satu Motoshige Yanagawa dari Beppan (gugus tugas khusus dari Angkatan Darat ke-16) memulainya dengan mendirikan Seinen Dōjō (青年道場code: ja is deprecated , 'Dojo Pemuda') di Tangerang pada bulan Januari 1943, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan kemampuan semimiliter bagi para pemuda.[1] Kemudian, Seinendan (Barisan Pemuda) diresmikan pada tanggal 9 Maret 1943.

Keterlibatan penduduk lokal

[sunting | sunting sumber]
Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944
Mars PETA dalam pembukaan video propaganda Jepang yang diproduksi oleh Keimin Bunka Shidosho (Lembaga Kebudayaan Jepang di Indonesia)

Pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengumumkan dalam Sidang Parlemen Jepang ke-82, bahwa penduduk Pulau Jawa akan mulai dilibatkan dalam urusan pemerintahan dalam negeri di Pulau Jawa.[2] Sebagai bagian dari rencana tersebut, pemerintahan Jepang di Pulau Jawa mulai menyusun rencana untuk mendirikan satuan militer beranggotakan penduduk lokal yang berfungsi sebagai kekuatan pertahanan. Supaya rencana ini dapat menarik minat masyarakat, Beppan memutuskan bahwa permohonan pembentukan satuan tersebut harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Motoshige Yanagawa kemudian memilih Raden Gatot Mangkoepradja untuk membuat permohonan tersebut. Gatot Mangkoepradja dipilih karena ia telah menyampaikan aspirasi tentang pentingnya satuan militer bagi Indonesia kepada pemerintahan Jepang sejak bulan Mei 1942.[3] Motoshige Yanagawa bertemu dengan Gatot Mangkoepradja di Jakarta pada tanggal 5 September 1943 untuk mendiskusikan hal tersebut. Diskusi dilanjutkan dengan Beppan pada keesokan harinya.[4]

Dukungan dan perekrutan

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 7 September 1943, Gatot Mangkoepradja mengirimkan surat kepada Gunseikan (軍政官code: ja is deprecated , 'Kepala Pemerintahan Militer Jepang') Letnan Jenderan Shinshichiro Kokubu, yang berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu usaha militer Jepang di medan perang secara langsung melalui sebuah "Barisan Pembela".[4][5] Di Tokyo, pernyataan serupa juga disampaikan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo dan Dr. Boentaran Martoatmodjo pada kesempatan terpisah.[6][7] Keesokan harinya, pada 8 September 1943, surat milik Gatot Mangkoepradja dipublikasikan di koran Asia Raya.[8] Setelah penerbitan surat tersebut, selama beberapa hari setelahnya, berbagai surat kabar juga memuat aspirasi-aspirasi senada dari berbagai kalangan.[9][10] Pada tanggal 10 September 1943, R.A. Latief Hendraningrat juga mengirimkan surat kepada Gunseikan, yang berisi permohonan untuk melibatkan anggota Seinendan dalam perang.[11] Permohonan pembentukan satuan militer juga diusulkan oleh sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, K.H. Adnan, Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, Guru H. Mansur, Guru H. Cholid, K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U. Mochtar, dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau Jawa.[12] Permohonan ini dimuat pada koran Asia Raya edisi 13 September 1943.[butuh rujukan] Dukungan terhadap pembentukan satuan militer juga disampaikan oleh beberapa tokoh, seperti Dr. Radjiman Widjodiningrat, R.Ng. Dwidjosewojo, Frits Laoh, Dr. A. Rasjid, Dr. H. A. Karim Amrullah, dan H. Agoes Salim.[13]

Berbagai ungkapan dukungan ini selaras dengan strategi Jepang yang ingin membangkitkan semangat patriotisme rakyat Indonesia dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan pasukan militer pribumi berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pengusulan oleh golongan agama juga bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian diperlihatkan dalam bendera PETA yang terdiri dari unsur matahari terbit (lambang Kekaisaran Jepang) serta bulan sabit dan bintang (simbol kepercayaan Islam).

Pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Angkatan Darat ke-16 menerbitkan Osamu Seirei No. 44 (治政令第44号code: ja is deprecated , Osamu Seirei Dai-44 Gō) yang memutuskan pembentukan tentara sukarela di Pulau Jawa. Isi dari Osamu Seirei No. 44 adalah sebagai berikut:[14]

Pamflet rekrutmen PETA. Koleksi Museum Bahari, Jakarta.

Osamu Seirei No. 44 tentang Pembentukan Pasukan Sukarela untuk Membela Tanah Jawa

Pasal 1
Mengingat semangat yang berkobar-kobar serta juga memenuhi keinginan yang sangat dari 50 juta penduduk di Jawa, yang hendak membela tanah airnya dengan sendiri, maka Balatentara Dai Nippon membentuk Tentera Pembela Tanah Air, yakni pasukan sukarela untuk membela Tanah Jawa dengan penduduk asli, ialah berdiri atas dasar cita-cita membela Asia Timur Raya bersama-sama.[a]

Pasal 2
Pasukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air ini, dibentuk dengan penduduk asli yang memajukan diri untuk kewajiban membela tanah airnya, dan ditempatkan di dalamnya sejumlah opsir Nippon sebagai pendidik.[b]

Pasal 3
Pasukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air termasuk di bawah pimpinan Saikoo Sikikan dan wajib menerima perintahnya.[c]

Pasal 4
Pasukan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air harus insaf akan cita-cita dan kepentingan pekerjaan pembela tanah air, serta wajib turut membela tanah airnya di dalam Syuu masing-masing terhadap negeri sekutu, di bawah pimpinan Balatentera Dai Nippon.[d]

— Saikoo Sikikan (最高指揮官code: ja is deprecated , Saikō Shikikan)

Perekrutan mulai dibuka pada bulan Oktober dan November 1943, bergantung pada jenjang kepangkatannya.[14] Pada pembentukannya, banyak anggota Seinendan yang menjadi anggota senior dalam barisan PETA.

Pemberontakan

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Pemberontakan PETA Blitar

Pada tanggal 14 Februari 1945, sebagian pasukan PETA Batalion Blitar melakukan pemberontakan di bawah pimpinan Soeprijadi. Pemberontakan ini dipicu oleh kemarahan personel Batalion Blitar yang menyaksikan buruknya kondisi masyarakat sekitar serta penderitaan yang dialami oleh romusa. Tujuan dari pemberontakan ini adalah membunuh setiap prajurit Jepang yang ditemui di wilayah Blitar. Akan tetapi, pemberontakan ini terendus lebih awal sehingga prajurit Jepang di sekitar markas batalion telah lebih dulu pergi. Pemberontakan berlangsung selama beberapa hari, dan berhasil dipadamkan terutama oleh pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dari Heiho. Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Dari sekitar 360 orang yang terlibat pemberontakan, 55 di antaranya ditangkap. Terdapat 6 orang yang dijatuhi hukuman mati. Hukuman dilaksanakan di Eereveld (sekarang Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945.[butuh rujukan]

Pembubaran

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang dengan Blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan para batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka. Sebagian besar pasukan PETA mematuhi perintah ini. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini daripada mengubah PETA menjadi tentara nasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan dari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang karena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini dilanjutkan.[16][17][18] Sehari kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, Panglima Angkatan Darat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan kepada para anggota PETA.

Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Pemuda Indonesia dalam pelatihan di Seinen Dojo yang kemudian menjadi anggota PETA

Tentara mantan personel PETA turut menjadi komponen militer Indonesia selama masa perang kemerdekaan. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mulai sejak dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Personel lulusan pendidikan PETA menjadi kelompok dominan di era awal militer Indonesia karena pada masa pendudukan Belanda, pelatihan militer untuk penduduk pribumi tidak diberikan secara besar-besaran, sehingga tidak banyak yang mewarisi pendidikan militer ala Belanda.

Untuk mengenang perjuangan tentara PETA, pada tanggal 18 Desember 1995, diresmikan monumen PETA yang terletak di Bogor, bekas markas besar PETA.

Struktur

[sunting | sunting sumber]

Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut daidan (大団code: ja is deprecated ). Satu batalion terdiri dari sekitar 500 orang, setengah ukuran dari batalion tentara Jepang (大隊code: ja is deprecated , daitai). Setiap batalion bertugas untuk melindungi setidaknya satu kabupaten, sehingga terdapat dua hingga lima batalion yang ditempatkan pada satu keresidenan. Batalion PETA berada di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang komandan batalion (大団長code: ja is deprecated , daidanchō), dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh komandan kompi (中団長code: ja is deprecated , chūdanchō), komandan peleton (小団長code: ja is deprecated , shōdanchō), dan komandan regu (部団長code: ja is deprecated , budanchō). Para perwira ini dilatih di Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai (ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊code: ja is deprecated , 'Korps Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa') yang terletak di kompleks militer di Bogor. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di daerah asalnya dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi prajurit (義勇兵code: ja is deprecated , giyūhei, 'tentara sukarela').[5]

Pada awal didirikannya PETA, terdapat 35 batalion yang dibentuk di seluruh Pulau Jawa, menyesuaikan dengan jumlah daitai yang ada. Jumlah ini kemudian bertambah hingga pada akhir tahun 1944 terdapat 66 batalion di Pulau Jawa dan 3 batalion di Pulau Bali. Pada akhir tahun 1945, setidaknya terdapat 35.800 personel yang ditempatkan di Pulau Jawa dan 1.600 personel di Pulau Bali.[5]

Daftar Batalion PETA[19]
Keresidenan Batalion Komandan Batalion Latar belakang Perwira lain
Banten I Labuhan Toebagus Achmad Chatib Ulama Soehadisastra
II Kondangsari Malingping E. Ojong Temaja Ulama M.B. Soetman
III Cilegon-Serang Sjam'oen Ulama Zainoel Falah
IV Pandeglang Oeding Soejatmadja Moestaram
Jakarta I Harmoni Kasman Singodimedjo Lulusan RHS, mantan Ketua JIB dan MIAI Moeffreni Moe'min
Latief Hendraningrat
II Purwakarta Soerjodipoero Moersid
Bogor I Jampang Kulon R. Abdullah bin Noeh Ulama Hoesen Aleksah
II Pelabuhan Ratu M. Basoeni Ulama Moelja
III Sukabumi Kafrawi Machmoed
IV Cibeber Cianjur R. Goenawan Resmipoetro M. Ishak Djoearsa
Priangan I Tasikmalaya K.H. Soetalaksana Ulama Abdoellah Saleh
II Pangandaran K.H. Pardjaman Ulama K. Hamid
III Bandung Iljas Sasmita Permana
Oemar Wirahadikoesoemah
IV Cimahi Aroedji Kartawinata Lulusan MULO, mantan petinggi PSII Soeparjadi
Poniman
Soepardi
V Garut R. Sofjan Iskandar Katamsi Sutisna
Cirebon I Cirebon Abdoelgani Soerjokoesoemo Roekman
II Majalengka R. Zaenal Asikin Joedibrata Soearman
Pekalongan I Pekalongan Iskandar Idris Ulama Ajoeb
II Tegal K.H. Doerjatman Ulama Soemardjono
Banyumas I Cilacap R. Soetirto R. Hartojo
II Sumpiuh R. Soesalit Djojoadhiningrat Zaelan Asikin
III Kroya Soedirman Lulusan sekolah pendidikan guru Muhammadiyah, guru sekolah Muhammadiyah Soepardjo Roestam
IV Banyumas Isdiman
Gatot Subroto
Sarengat
Kedu I Gombong R. Abdoel Kadir
Bambang Sugeng
R. Soetrisno
II Magelang Muhammad Susman Soegiardjo
Soepangkat
III Gombong Djoko Koesoemo Slamet
Achmad Yani
Sarwo Edhie Wibowo
IV Purworejo Moekahar Ronohadikoesoemo Tjiptoroso
Semarang I Mrican R. Oesman
Soetrisno Soedomo
Soejadi
II Weleri/Kendal R. Soedijono Taroeno Koesoemo Soeparman Soemahamidjaja
Pati I Pati Koesmoro Hadidewo
II Rembang Holan Iskandar Soekardi
III Jepara Prawiro Atmodjo Soekardji
Yogyakarta I Wates D. Martojomeno Sudjiono
II Bantul Mochamad Saleh Lulusan sekolah pendidikan guru, guru sekolah Muhammadiyah Soepardi Pardi Pranoto
Soegiono
III Pingit Soendjojo Poerbokoesoemo Darjatmo
Soeharto
IV Wonosari Moeridan Noto Noedi
Surakarta I Manahan R.M. Moeljadi Djojomartono Ulama Soeprapto Soekawati
Djatikusumo
II Wonogiri K.H. Idris Ulama Boediman
Bojonegoro I Babat K.H. Masjkur
Soedirman
Ulama Oetojo Oetomo
II Bancar Masri R. Rachmat
III Tuban Soemadi Sastroatmodjo Soemardjo
Madiun I Madiun Agoes Tojib Moemardjo
II Pacitan Akoeb Goelangge R. Soebagijo
III Ponorogo M. Soedjono Soedijat
Kediri I Tulungagung Soediro Toeloes
II Blitar Soerachmad Soekandar
Moeradi
Soeprijadi
III Sukorame A. Joedodiprodjo
Soejoto Djojopoernomo
Mashoedi Soedjono
Surabaya I Gunung Sari Soetopo Dokter Masdoeki Aboedardja
II Sidoarjo R. Moehammad Mangoendiprodjo Lulusan OSVIA Bambang Joewono
III Mojokerto Katamhadi Oesman
IV Gresik K.H. Cholik Hasjim
Moestopo
Ulama
Lulusan STOVIT, dokter gigi
Jondat Modjo
Malang I Gondanglegi K. Iskandar Soelaeman Ulama Soemarto
II Lumajang M. Soejo Adikoesoemo S. Hardjo Hoedojo
III Pasuruan Arsjid Kromodihardjo Slamet
IV Malang Imam Soedja'i Soekardani
V Probolinggo Soedarsono Soemitro
Besuki I Kencong Jember Soewito
Soediro
Soekarto
II Bondowoso K.H. Tahiroeddin Tjokro Atmodjo Ulama Rosadi
III Benculuk Banyuwangi Soekotjo Imam Soekarto
IV Rambipuji Jember Surodjo
Astiklah
Soebandi
V Sukowidi Banyuwangi R. Oesman Soemodinoto Soedarmin
Madura I Pamekasan K.H. R. Amin Dja'far Ulama R. Moehammad Saleh
II Bangkalan Roeslan Tjakraningrat Hafiloedin
III Batang Batang Abdoel Madjid Achmad Basoeni
IV Ambunten Abdoel Hamid Moedhari Ulama Soeroso
V Ketapang Troenodjojo Mochamad Sabirin
Bali I Negara I Made Poetoe I Wayan Moedana
II Tabanan I Goesti Ngoerah Gede Poegeng Ida Bagoes Tongka
III Klungkung Anak Agoeng Made Agoeng I Made Geria

Tokoh Indonesia lulusan PETA

[sunting | sunting sumber]

Beberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:

  • Jenderal Besar TNI Sudirman (Panglima APRI)
  • Jenderal Besar TNI Soeharto (Mantan Presiden RI ke-2)
  • Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani (Mantan Menteri/Panglima Angkatan Darat)
  • Soepriyadi (Mantan Menhankam Kabinet I in absentia)
  • Mayor Jenderal TNI Basuki Rahmat (Mantan Mendagri)
  • Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo (Mantan Komandan Kopassus)
  • Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah (Mantan Wapres RI)
  • Jenderal TNI Soemitro (Mantan Panglima Kopkamtib)
  • Jenderal TNI Poniman (Mantan Menhankam)
  • Brigadir Jenderal TNI Latief Hendraningrat (Mantan Komandan SSKAD)
  • Letnan Jenderal TNI Kemal Idris (Mantan Panglima Kowilhan)
  • Letnan Jenderal TNI Supardjo Rustam (Duta Besar RI, Gubernur Jawa Tengah, dll)
  • Letnan Jenderal TNI GPH Djatikoesoemo (Mantan Kasad, putra ke-23 dari Susuhunan Pakubuwono X Surakarta, dll)
  • Letnan Jenderal TNI H. Soedirman, (Mantan Komandan SSKAD)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Giyugun
  • Laskar Hizbullah

Rujukan

[sunting | sunting sumber]

Catatan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ 大日本軍は、大東亜共同防衛精神に則り、ジャワ5千万民衆の熱々たる郷土防衛の意気に応え、原住民を以て、ジャワ防衛義勇軍を編成す。[15]
    'Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang, dilandasi semangat pertahanan bersama Asia Timur Raya, menjawab hasrat yang membara dari 50 juta masyarakat Pulau Jawa untuk membela tanah air, dengan membentuk Tentara Sukarela Pertahanan Jawa yang terdiri dari rakyat pribumi.'
  2. ^ ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛に挺身を志願する原住民をもって編成し、一部の日本軍指導官を附す。[15]
    'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa dibentuk dari rakyat pribumi yang bergabung secara sukarela untuk membela tanah air dan mematuhi instruktur dari Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang.'
  3. ^ ジャワ防衛義勇軍は、最高指揮官に隷す。[15]
    'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa tunduk pada Saikō Shikikan (最高指揮官code: ja is deprecated , 'Komandan Tertinggi').'
  4. ^ ジャワ防衛義勇軍は、郷土防衛精神に徹し、米英蘭に対し、各州郷土の防衛に任ず。[15]
    'Tentara Sukarela Pertahanan Jawa berkomitmen untuk membela tanah air, bertugas menghadapi Sekutu, dan bertanggung jawab atas pertahanan di masing-masing Shū asalnya.'

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sato 2010, hlm. 194.
  2. ^ Nippon Eigasha (1943-07-01). Bezoek generaal Tojo en instelling van de centrale raad van advies (video). Batavia/Tokyo.
  3. ^ Sato 2010, hlm. 197.
  4. ^ a b Sato 2010, hlm. 193.
  5. ^ a b c Kulsum, Kendar Umi (2021-02-17). "Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945". Kompas.id.
  6. ^ Asia Raya 1943a.
  7. ^ Asia Raya 1943b.
  8. ^ Mangkoepradja 1943.
  9. ^ Sato 2010, hlm. 195.
  10. ^ Machfoeld 1943.
  11. ^ Domei 1943a.
  12. ^ Suryanegara 1996.
  13. ^ Domei 1943b.
  14. ^ a b Asia Raya 1943c.
  15. ^ a b c d Shiraishi 1974, hlm. 16.
  16. ^ Ricklefs 1981, hlm. 194.
  17. ^ Sunhaussen 1982, hlm. 2-4.
  18. ^ Bachtiar 1988, hlm. 12.
  19. ^ Suryanegara 2010, hlm. 68-80.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Bachtiar, Harsja W. (1988). Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta: Djambatan. ISBN 979428100X. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Domei (1943-09-14). "Pengaroeh semangat keperdjoeritan mendalam dimasjarakat" (PDF). Asia Raya.
  • Domei (1943-09-14). "Sekeliling Barisan Pembela" (PDF). Asia Raya.
  • "Ingin berdiri di medan perang!!" (PDF). Asia Raya. 1943-09-09.
  • Machfoeld, T.M. Moesa (1943-09-09). "Marilah dengan soekarela, madjoe ke depan garis perang!" (PDF). Asia Raya.
  • Mangkoepradja, Gatot (1943-09-08). "Keinginan Bangsa Indonesia Membentoek Barisan Pembela" (PDF). Asia Raya.
  • "Peratoeran Milisi di Djawa diidam-idamkan!!" (PDF). Asia Raya. 1943-09-08.
  • Ricklefs, M.C. (1981). A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present. London: Macmillan. ISBN 0333243803. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Sato, Shigeru (2010). "Gatot Mangkupraja, PETA, and the origins of the Indonesian National Army". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 166 (2–3). Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: 189–217. doi:10.1163/22134379-90003616.
  • Shiraishi, Aiko (1974). "ジャワ防衛義勇軍の設立". 東南アジア -歴史と文化- (dalam bahasa Jepang). 1974 (4). J-STAGE: 3–41. doi:10.5512/sea.1974.3.
  • Sunhaussen, Ulf (1982). The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945-1967. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0195825217. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Suryanegara, Ahmad Mansur (1996). Pemberontakan Tentara Peta di Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan. Jakarta: Yayasan Wira Patria Mandiri. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Suryanegara, Ahmad Mansur (2010). Api Sejarah 2. Bandung: Salamadani. ISBN 9786028458269. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • ""Tentara Pembela Tanah Air" Lahir, 50.000.000 Bangsa Indonesia di Djawa bangkit serentak oentoek menghantjoerkan Sekoetoe!" (PDF). Asia Raya. 1943-10-04.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembela_Tanah_Air&oldid=27304701"
Kategori:
  • Sejarah Indonesia
  • Pendudukan Jepang di Indonesia
Kategori tersembunyi:
  • Halaman yang menggunakan ekstensi Phonos
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Artikel mengandung teks Jepang
  • Lang and lang-xx using deprecated ISO 639 codes
  • Semua artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan
  • Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan
  • Galat CS1: nilai parameter tidak valid
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • CS1 sumber berbahasa Jepang (ja)

Best Rank
More Recommended Articles